Cha-Kaiseki(茶懐石)
SEJARAH
Pada
zaman Kamakura tradisi upacara minum teh (chanoyu)
dan ajaran Zen semakin populer. Pada zaman ini, makanan dalam porsi kecil
untuk biksu yang menjalani latihan ajaran Buddha Zen disebut Kaiseki.
Pendeta Buddha bernama Eisai memperkenalkan teh yang dibawanya dari China untuk
dinikmati dengan hidangan Kaiseki.
ISTILAH
DAN DEFINISI
Dalam
buku A Dictionary of Japanese Food disebutkan 2 macam Kaiseki, yaitu Kaiseki
Ryouri (会席料理)
dan Cha-Kaiseki(茶懐石).
Kaiseki Ryouri adalah hidangan yang disajikan
saat pesta sake. Sedangkan, Cha-Kaiseki adalah hidangan yang dibuat
untuk menemani saat upacara minum teh.
Arti
Kaiseki diambil dari sebuah cerita yang mengatakan bahwa para pendeta Buddha
yang menjalankan ajaran Zen dengan sangat disiplin pada zaman dahulu membawa
batu panas (seki) di dalam kantong yukata yang mereka gunakan agar
mereka dapat menjalankan puasa dengan baik.
Cha-Kaiseki merupakan
makanan ringan yang dihidangkan pada saat upacara minum teh dengan maksud untuk
mempersiapkan perut sebelum meminum teh. Yang membuat istimewa Cha-Kaiseki adalah ketelitian dalam
mempersiapkan dan menyajikannya. Yang harus dihindari dalam Cha-kaiseki adalah ornamen berlebihan.
Dalam mempersiapkan Cha-Kaiseki juga
harus memperhatikan bahan-bahan yang digunakan agar rasanya tetap segar dan
dalam kualitas yang baik. Dan hal lain yang tak kalah unik adalah, setiap menu
hidangan dalam Cha-Kaiseki tidak ada
pengulangan bahan dan cara memasak (misalnya, dalam Nimono terdapat wortel, maka dalam Kounomono tidak akan ada wortel).
Konsep
dasar dari hidangan Cha-kaiseki yaitu
ichijuu sansai一汁三菜
(one
soup, three side dishes). untuk One soup biasanya adalah Miso soup. Sedangkan
Three side dishes biasanya terdiri
dari; Mukouzuke向付(sejenis sashimi), Nimono煮物(rebus-rebusan), Yakimono焼き物(makanan yang dibakar), Suimono(sup bening), Hassun八寸(makanan kecil sesuai musim), Yutou, Kounomono香の物(acar
sayuran sesuai musim) dan Shiizakana強肴(hot
pot).
Tidak
semua rumah makan dan kafe di Jepang menyediakan menu Cha-Kaiseki (dan sangat jarang yang menyediakannya). Biasanya menu ini dapat ditemukan di penginapan
tradisonal ala Jepang (Ryokan) dan
harganya sangat mahal.