Juni 29, 2016

[Contoh Proposal Skripsi] Wabi-sabi dalam Chaniwa (Roji)



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Jepang merupakan negara yang memiliki keindahan alam yang menarik. Orang Jepang merealisasikan keindahan alamnya ke dalam arsiterktur, salah satunya pada arsitektur taman. Keinginan untuk selalu dekat dengan alam, menggiring masyarakat Jepang untuk senantiasa memindahkan alam ke dalam kehidupan mereka sehari-hari. Taman-taman tersebut bukan semata-mata merupakan tiruan wujud alam yang sesungguhnya, melainkan wujud taman yang ditampilkan melalui simbol-simbol yang mewakili gambaran alam semesta yang ingin ditampilkan.

Seni yang ditunjukkan dalam setiap penataan taman selalu menarik perhatian bagi yang melihat. Referensi awal tentang taman Jepang berasal dari abad ketiga belas dan ini dapat diasumsikan, karena pengaruh sejarah China pada Jepang, bahwa banyak elemen desain taman Jepang berasal dari taman-taman di Cina. Setelah abad keempat belas, Jepang berkembang pesat sebagai budaya di bawah kondisi dan pengaruh yang berbeda, yang dimana hal ini menyebabkan perkembangan dari tiga jenis taman yang berbeda di Jepang. Dalam buku yang berjudul The Art of The Japanese Garden, David dan Michiko Young mengatakan :

“Secara tradisional, taman Jepang telah disusun dalam tiga jenis: pemandangan alam (shizen fuukeishiki) kebun yang mewakili alam dengan kolam buatan dan bukit-bukit, batu dan tumbuhan; lanskap kering (Karesansui) kebun yang menyarankan pemandangan alam dengan batu, kerikil, dan pasir; dan kebun upacara minum teh (chaniwa) yang terdiri jalur taman (roji) yang mengarah ke rumah minum”.(1)

Chaniwa berasal dari huruf kanji cha (,teh) dan niwa (,kebun). Taman ini dibuat pertama kali pada abad ke empat belas bersamaan dengan pengenalan chanoyu atau chadou (茶道, jalan teh). Chaniwa adalah taman kecil yang dilengkapi jalan-jalan setapak yang dibangun di sekeliling rumah teh (chasitsu(2)).

Taman teh yang secara bahasa diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang menjadi chaniwa memiliki istilah tersendiri yakni roji, yang berarti jalan embun atau daratan embun. Suasana damai dan tenang dalam roji dapat menimbulkan atmosfir pada suasana hati tiap peserta chanoyu yang melewati roji tersebut. Roji memiliki pemandangan berupa pepohonan dengan semak belukar dan tanaman hijau serta pakis dan tanah yang tertutup oleh lumut. Ornamen berupa tanaman yang ada di roji adalah jenis tanaman hijau seperti jenis pakis dan lumut. Saat berada di taman ini, para tamu menggunakan bakiak kayu, melangkah di tobi-ishi (batu pijakan) dan nobedan (jalan setapak).

Tergantung dari luas lahan yang akan dibangun menjadi taman teh, roji pada umumnya terdiri dari satu atau dua bagian. Roji yang  memiliki dua bagian, soto-roji dan uchi-roji, tiap bagiannya dipisahkan oleh gerbang kecil yang disebut dengan chumon. Taman bagian luar (soto-roji) adalah ruang tunggu para tamu sebelum memasuki rumah teh, dan taman bagian dalam (uchi-roji) adalah area rumah teh. Berikut adalah contoh denah roji.

cha-roji1.gif
(gambar dari Jyutaku no Naniwa)

Kebun teh, chaniwa, merupakan lorong peristiwa, ruang di mana pengunjung harus melanjutkan secara fisik, secara estetis mengalami pelepasan bertahap terhadap kekhawatiran dunia, sementara mereka berjalan menuju rumah teh. Hal tersebut dikaitkan sebagai salah satu aliran dari ajaran Buddhisme Zen. Lalu dari awal inilah bahwa dalam hubungannya dengan pengaruh Buddhisme Zen, taman jenis ini dikembangkan.

Zen sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat di Jepang, seperti dalam seni lukis, keramik, puisi serta upacara-upacara dan festival. Selain itu Zen juga mempengaruhi arsitektur taman Jepang. Konsep Zen dalam taman bergantung dari taman yang dibuat, taman karesansui memiliki makna dan konsep Zen yang berbeda dengan konsep Zen dalam roji. Melalui tulisan ini, Penulis akan menganalisis konsep Zen dalam roji. Konsep yang digunakan  adalah wabi-sabi.

Pengertian wabi-sabi sangatlah luas karena dapat diartikan dalam berbagai bidang ataupun seni, mulai dari arsitektur, makanan, lukisan, keramik hingga cara hidup samurai. Menurut Davies dan Ikeno,wabi-sabi adalah suatu ungkapan yang terdiri dari dua kata yaitu wabi dan sabi , meskipun demikian unsur-unsurnya saling memiliki hubungan terkait. Wabi adalah suatu keindahan dan prinsip moral yang menekankan pada kesederhanaan, kecantikan dan suatu keadaan yang tenang. Sedangkan Sabi berasal dari kata sifat sabishii yaitu ketenangan, kelengangan dan kecantikan(3).

Contoh dalam taman adalah pada roji, menurut Engel (1959 : 21) sabi yang berarti kesunyian dan bisa juga berarti tua (sesuatu yang berumur), ditunjukkan dengan adanya lumut di tanah, tobi-ishi (batu pijakan), tsukubai (wadah air) ataupun pada ishi-doro (lentera(4)).

B.     Permasalahan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaplikasian nilai wabi-sabi dalam penataan taman chaniwa?

C.     Ruang Lingkup Penelitian
Pengaplikasian nilai wabi-sabi terdapat pada hampir semua jenis taman Jepang. Oleh karena itu dalam tulisan ini penulis hanya memfokuskan nilai wabi-sabi pada taman jenis chaniwa.

D.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaplikasian nilai wabi-sabi dalam penataan taman chaniwa di Jepang.

E.     Hipotesa
Pengaplikasian nilai wabi-sabi dalam penataan taman chaniwa di Jepang dapat dilihat pada unsur-unsur taman chaniwa, seperti pada adanya lumut di tanah, tobi-ishi (batu pijakan), tsukubai (wadah air) ataupun pada ishi-doro (lentera).



F.      Daftar Pustaka

Jurnal: Konsep Zen dalam Chaniwa, Universitas Binus, 2007
Davies & Ikeno. 2002. The Japanese Mind. U.S.A : Tuttle Publishing
Engel, David. 1959. Japanese Gardens for Today: A Practical Handbook.
Young, David dan Michiko. 2005. The Art of Japanese Garden. Singapore: Tuttle Publishing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar