Tampilkan postingan dengan label budaya populer jepang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label budaya populer jepang. Tampilkan semua postingan

Maret 16, 2017

Ramen di Indonesia dan di Jepang



PENDAHULUAN
Ramen instan bagi Jepang bagaikan hamburger bagi Amerika: junk food nasional, simbol negara dan obsesi. Masyarakat Jepang mengonsumsi sekitar 5.02 milyar ramen instan di tahun 1993, atau bisa dikatakan satu orang mengonsumsi sebanyak 40.2 bungkus ramen instan dalam setahun. Cemilan yang mudah dan cepat ini bisa ditemukan tidak hanya ditempat-tempat yang bisa diprediksi seperti supermarket, konbini dan vending machine tapi juga di stadion, dalam kotak peralatan antisipasi gempa bumi, dan di laci meja kerja salary man.

Ramen instan juga merupakan pilihan bagi para turis Jepang yang tidak cocok dengan makanan lokal dan ingin rasa seperti di rumah. Salah satu dari imej yang melekat pada turis Jepang dapat dilihat pada film Torajiro no Tabiji (Perjalanan Torajiro) (1989), menceritakan tentang turis Jepang yang terdampar di negara Austria, ia mengalami culture shocked dan memakan ramen instan dari cup styrofoam di kamar hotel tempatnya menginap. Ia lebih memilih kelaparan apabila tidak ada ramen instan, yang pada dasarnya merupakan junk food bagi masyarakat Jepang, daripada ia harus memesan atau membeli makanan di negara asing.

Seperti halnya hamburger, entah bagaimana, ramen adalah produk impor yang telah menjadi produk lokal. Tempat asalnya, seperti kebanyakan dari masakan Jepang, adalah Cina. Tidak ada yang tahu kapan tepatnya ramen tiba di Jepang, tapi menurut Keiko Kosuge, seorang ahli makanan yang mengajar di Sugino Women’s College, Tokugawa Mitsukuni adalah orang Jepang pertama yang mencoba ramen, pada tahun 1665.

Kedai ramen pertama di Jepang adalah Rairai-ken, yang dibuka di Tokyo pada 1910. Sayangnya itu bukan permulaan dari ramen boom. Pasca PD II dan dampak dari pengenalan makanan cepat saji ala Amerika-lah yang membuat pabrik-pabrik mulai melirik ramen sebagai produk yang bisa dijadikan massal. Pada 1958, Nissin mengeluarkan Chicken Ramen—ramen instan pertama dalam bungkus plastik. Total produksi pada tahun itu sekitar 13 juta bungkus, orang Jepang pun ketagihan dan penjualan melonjak.

Pada 1971, Nissin mengenalkan inovasi lainnya, ramen instan dalam cup yang menawarkan kepraktisan lebih. Di tahun 1989 penjualan ramen cup mengalahkan ramen dalam bungkus plastik dan terus berlangsung selama bertahun-tahun.

Saat ini ramen instan telah terjual di lebih dari 80 negara dan orang asing mengonsumsi 17 miliar bungkus ramen instan per tahun. Penemu ramen instan, Momofuku Ando, pun telah membawanya ke tempat lahirnya ramen: China. Pada 1994, dikatakan bahwa penjualan ramen instan di China telah mencapai angka dua milyar unit per tahun, tapi beberapa peneliti mengatakan angka sebenarnya jauh dari itu—lima sampai enam milyar unit, hampir mencapai sepuluh milyar di tahun 1995.


Sebagai bukti kepopuleran ramen, ada tiga museum ramen di Jepang. Pertama, Shin-Yokohama Ramen Museum yang berada di Yokohama. Kedua, Cup-Noodles Museum yang juga berada di Yokohama. Dan ketiga, Momofuku Ando Instan Ramen Museum, museum yang didedikasikan untuk sang penemu ramen instan dan terletak di Osaka.

Selain itu, baru-baru ini muncul sebuah berita dengan headline “Forget tech or medicine, invention most Japanese are proud of is instant ramen” (Lupakan teknologi dan obat, penemuan yang paling dibanggakan oleh orang Jepang adalah ramen instan). Berita yang dilansir oleh situs rocketnews24.com ini berisi tentang suatu survei yang diikuti oleh 500 orang Jepang, yang dibagi secara merata antara pria dan wanita, mereka diberi pertanyaan tentang penemuan apa yang patut orang Jepang banggakan. Mereka diminta untuk mengungkapkan ide-ide mereka sendiri dan tidak diberi daftar pilihan, dan hasilnya peringkat pertama dengan perolehan voting sebesar 57%  orang Jepang menjawab bahwa Jepang harus bangga dengan mie instan penemuan Momofuku Ando.

TEORI
Definisi Budaya Populer
Untuk membahas pengertian “budaya populer” ada baiknya kita pahami dulu tentang kata “budaya”, dan selanjutnya tentang “pop”. Selanjutnya untuk mendefinisikan budaya pop kita perlu mengkombinasikan dua istilah yaitu ”budaya” dan ”populer”. Pertama, budaya dapat digunakan untuk mengacu pada suatu proses umumperkembangan intelektual, spiritual, dan estetis (Williams, 1983: 90). Kedua, budaya berarti “pandangan hidup tertentu dari masyarakat , periode, atau kelompok tertentu. Ketiga, Williams mengatakan bahwa budaya pun bisa merujuk pada ”karya dan praktik-praktik intelektual, terutama aktivitas artistik. Penulis memakai definisi pertama Williams untuk budaya pop.

Sedangkan kata ”pop” diambil dari kata ”populer”. Terhadap istilah ini Williams memberikan empat makna yakni: (1) banyak disukai orang; (2) jenis kerja rendahan; (3) karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang; (4) budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri (Williams, 1983: 237). Kemudian untuk mendefinisikan budaya pop kita perlu mengkombinasikan dua istilah yaitu ”budaya” dan ”populer”.

Definisi Hegemoni
Antonio Gramsci mendefinisikan Hegemoni sebagai cara kelompok dominan dalam masyarakat mendapat dukungan dari kelompok-kelompok sub-ordinasi melalui proses-proses kepemimpinan intelektual dan moral. Sedangkan, Chris Barker mengartikan Hegemoni sebagai proses penciptaan, perawatan, dan reproduksi makna dan praktik yang menguasai kehidupan masyarakat.





ANALISIS
A.    Analisis Ramen Instan Menggunakan Konsep Williams
1.      Disukai Banyak Orang
Mengutip dari bagian awal tulisan ini, bila melihat jumlah masyarakat Jepang yang mengonsumsi ramen instan sekitar 5.02 milyar bungkus di tahun 1993, atau bisa dikatakan satu orang mengonsumsi sebanyak 40.2 bungkus, itu cukup menjadi bukti bahwa ramen instan sangat diminati oleh masyarakat Jepang. Selain itu saat ini ramen instan terjual di lebih dari 80 negara dan orang asing mengonsumsi 17 miliar bungkus ramen per tahun, juga merupakan bukti kuat bahwa tidak hanya orang Jepang saja yang menyukai ramen instan, orang asing pun menyukainya.

2.      Jenis Kerja Rendahan (Mudah Ditemukan)
Karena ramen instan bisa ditemukan tidak hanya di tempat-tempat yang bisa diprediksi seperti supermarket, konbini dan vending machine tapi juga di stadion tempat pertandingan berlangsung (perusahaan termos pun turut mendukung penuh keberadaan ramen instan disana), dalam kotak peralatan antisipasi gempa bumi (sebagai makanan di saat darurat dan karena ramen instan ringan namun tidak mudah rusak), dan di laci meja kerja sarary man (ramen instan adalah makanan penunda lapar favorit para sarary man di saat lembur). Selain itu perusahaan makanan Jepang mulai mengekspor ramen instan pada 1960 dan menyebarkannya ke seluruh dunia pada 1970, hal ini tentu saja semakin memudahkan semua orang untuk memperoleh ramen instan.

3.      Dibuat Untuk Menyenangkan Orang Lain
Selain dapat membuat perut kenyang, ramen instan pun menjadi sahabat bagi para turis yang tidak mau direpotkan dengan urusan memesan makanan dalam bahasa asing dan tidak cocok dengan rasa masakan lokal saat bepergian.

4.      Dibuat Untuk Menyenangkan Diri Sendiri
Sumber : wikipedia.org
 
Bila melihat data dari gambar tersebut laba yang didapat oleh Nissin, sebagai perusahaan pelopor ramen instan, memiliki keuntungan bersih sebesar ¥ 20,756 juta pada tahun 2011. Angka ini merupakan bukti bahwa Nissin pun turut dibuat senang dengan memproduksi ramen instan.

B.     Analisis Ramen Instan Menggunakan Konsep Hegemoni
Bila ramen instan dianalisis menggunakan konsep Hegemoni, Penulis menggunakan Nissin sebagai pihak yang memiliki kekuasaan, dikarenakan Nissin adalah perusahaan yang menciptakan sekaligus menyebarkan ramen instan pertama di Jepang. Lalu, pihak yang dikuasai oleh Nissin adalah konsumen Jepang. Selanjutnya, bidang yang dikuasai oleh Nissin adalah ramen instan. 

Nissin memiliki banyak cara untuk menguasai dan mempertahankan kekuasaannya sebagai pelopor perusahaan ramen instan, diantaranya dengan memperkerjakan pegawai-pegawai untuk dikirim ke seluruh daerah di Jepang dan melakukan penelitian mengenai rasa khas dari setiap daerah tersebut. Di tahun pertama, rasa yang ditawarkan oleh Nissin hanyalah Chicken ramen, lalu di tahun-tahun berikutnya Nissin mulai mengeluarkan rasa Pork Chowder, Beef, Seafood, Vegetable, dan di tahun 1982, mengeluarkan Spicy Chili Tomato sebagai rasa yang mengandung unsur ethnic. Selain dengan membuat inovasi rasa, Nissin juga membuat banyak iklan di TV Jepang. Salah satu iklannya yang terkenal dibintangi oleh aktor Holywood—Arnold  Schwarzenegger—yang berpose heroik dengan senjata berupa teko berisi air panas untuk menyeduh ramen instan. Tujuan dari iklan tersebut untuk menggambarkan kekuatan produk tersebut (ramen instan) dengan otot-otot Arnold.

Namun, bila melihat kondisi saat ini sepertinya posisi Nissin mulai dikalahkan oleh ramen-ramen instan dari negara lain. Karena kemudahan mengakses informasi saat ini dan kemudahan perizinan dalam hal ekspor-impor barang, sudah mulai banyak ramen instan dari negara lain di Jepang. Sebagai contoh adalah mie instan dengan nama Samyang yang berasal dari Korea dan terkenal dengan rasa pedasnya, atau produk mie instan dari Indofood yang mulai memasuki pasar negara asing juga mulai menggeser posisi Nissin di Jepang.



KESIMPULAN
Instan ramen tidak lagi hanya menjadi makanan orang Jepang melainkan sudah menjadi budaya populer di negara-negara lain. Perusahaan makanan Jepang mulai mengekspor ramen instan pada 1960 dan menyebarkannya ke seluruh dunia pada 1970. Dan saat ini ramen instan terjual di lebih dari 80 negara dan orang asing mengonsumsi 17 miliar bungkus ramen per tahun. Salah satu cara Nissin—perusahaan pencipta ramen instan—untuk menguasai dan mempertahankan kekuasaannya dengan memperkerjakan pegawai-pegawai untuk dikirim ke seluruh daerah di Jepang dan melakukan riset mengenai rasa khas dari setiap daerah tersebut. Namun, bila melihat kondisi saat ini sepertinya posisi Nissin mulai dikalahkan oleh ramen-ramen instan dari negara lain. Karena kemudahan mengakses informasi saat ini dan kemudahan perizinan dalam hal ekspor-impor barang, sudah mulai banyak ramen instan dari negara lain di Jepang.


DAFTAR PUSTAKA
Williams, Raymond, (1983) Keyword, London: Fontana.

Schilling Mark, (1997) Encyclopedia of Japanese Pop Culture, Newyork: Weatherkill


http://en.rocketnews24.com/2015/07/07/forget-tech-or-medicine-invention-most-japanese-are-proud-of-is-instant-ramen/


MATCHA SEBAGAI BUDAYA POPULER DI INDONESIA



PENDAHULUAN
a.      Sejarah Matcha
Pada tahun 3000 SM sudah sejak lebih dari 5000 tahun lalu masyarakat China menikmati dan mengambil manfaat dari teh hijau. Saat itu masih merupakan teh hijau biasa yaitu teh yang dibuat dari daun teh dan diseduh menggunakan air panas. Kemudian pada masa Dinasti Tang (618-907 M) terciptalah asal mula varian teh hijau seperti yang dikenal oleh masyarakat luas sekarang—Matcha. Matcha adalah teh hijau yang dibuat dari daun teh jenis Tencha, daun tersebut dikeringkan lalu digiling dengan alat penggiling dari batu sampai berbentuk serbuk kemudian dinikmati dengan cara diseduh dengan air panas dan ditambahkan sedikit garam. Tujuan dibentuk serbuk adalah untuk memudahkan saat penyimpanan.

Perkembangannya pun berlanjut pada masa Dinasti Song (960-1279 M). Pada masa tersebut dipopulerkanlah cara menikmati teh hijau dengan cara disajikan pada mangkuk kecil (cawan) dan diaduk dengan pengaduk dari bambu. Kemudian pada tahun 1103 M, pendeta Buddha Zen membuat metode penyajian teh hijau sebagai upacara ritual.

b.      Perkembangan Matcha di Jepang
Perkembangan Matcha di Jepang dimulai pada tahun 1191 M, yakni ketika seorang pendeta Buddha Zen bernama Eisai datang dari China untuk menyebarkan ajaran Zen di Jepang. Eisai pun turut mengenalkan upacara ritual teh hijau—Sado kepada para pengikutnya di Jepang. Upacara Sado adalah upacara ritual penjamuan khusus bagi tamu kehormatan.  Dan lambat laun pada rentang waktu tahun 1300 – 1500, Matcha menjadi bagian dari budaya Elite di Jepang dikarenakan pada masa itu yang dapat menikmatinya hanyalah para tamu dari kalangan bangsawan, samurai dan orang penting lainnya.

Tidak diketahui secara pasti kapan matcha mulai digunakan sebagai campuran rasa pada
makanan di Jepang. Namun dalam catatan sejarah, pada masa Meiji (1868-1912) Mount
Fuji-shaped green tea ice (Uji Kintoki (治金時)) merupakan salah satu menu pada setiap pesta  makan malam di istana Kaisar Jepang. Meskipun begitu,  asal usul hidangan ini tidak
diketahui.

Sejak saat itu mulai bermunculan beragam kuliner dengan varian rasa Matcha, seperti pada mochi, es krim, kue-kue tradisonal Jepang dan beragam kuliner lainnya.  Hingga saat ini kuliner Matcha telah menjadi sebuah icon bagi Jepang di mata orang asing.

c.       Perkembangan Matcha di Indonesia
Berbagai kuliner dengan rasa matcha sedang menjadi tren di Indonesia. Mulai dari es krim, minuman, kue kering dan banyak lagi. Tren ini diperkirakan sudah berlangsung sejak 3 tahun lalu, diiringi dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan internet. Karena itulah kebanyakan penyukanya adalah kalangan anak muda yang aktif bermain media sosial dan selalu update dengan hal-hal yang sedang menjadi mode saat ini. Pada umumnya masyarakat Indonesia hanya mengetahui teh hijau sebagai minuman.
Beberapa penjual kuliner khas Indonesia pun sudah memasukkan campuran bubuk matcha ke dalam masakannya agar menarik bagi para kaum muda. Misalnya martabak, kue cubit, kue balok, roti bakar, tempe, mie ayam dan nasi goreng. Namun, kebanyakan kuliner matcha  di Indonesia hanya memakai perisa green tea dan bukan menggunakan bubuk matcha asli, hal ini disebabkan oleh faktor harga pasaran makanan di Indonesia yang tidak bisa terlalu mahal. Sedangkan bubuk matcha asli memiliki harga tinggi.
Dengan semakin maraknya sistem belanja online, orang Indonesia sudah dapat dengan mudah membeli serbuk matcha dan mencampurnya sendiri. Selain itu produk cemilan dengan rasa Matcha pun sudah tersedia di minimarket dan supermarket lokal seperti Alfamart, Indomaret, Giant, Carrefour, sehingga orang Indonesia sudah tidak perlu lagi membelinya secara khusus di supermarket barang impor.
TEORI
a.       Definisi Budaya Populer
Untuk membahas pengertian “budaya populer” ada baiknya kita pahami dulu tentang kata “budaya”, dan selanjutnya tentang “pop”. Selanjutnya untuk mendefinisikan budaya pop kita perlu mengkombinasikan dua istilah yaitu ”budaya” dan ”populer”. Pertama, budaya dapat digunakan untuk mengacu pada suatu proses umumperkembangan intelektual, spiritual, dan estetis (Williams, 1983: 90). Kedua, budaya berarti “pandangan hidup tertentu dari masyarakat , periode, atau kelompok tertentu. Ketiga, Williams mengatakan bahwa budaya pun bisa merujuk pada ”karya dan praktik-praktik intelektual, terutama aktivitas artistik. Penulis memakai definisi pertama Williams untuk budaya pop.

Sedangkan kata ”pop” diambil dari kata ”populer”. Terhadap istilah ini Williams memberikan empat makna yakni: (1) banyak disukai orang; (2) jenis kerja rendahan; (3) karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang; (4) budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri (Williams, 1983: 237). Kemudian untuk mendefinisikan budaya pop kita perlu mengkombinasikan dua istilah yaitu ”budaya” dan ”populer”.  

b.      Definisi Soft Power
Soft power adalah salah satu konsep yang diusung oleh Joseph S. Nye. Soft power adalahsebuah istilah yang mulai banyak digunakan untuk mengartikan atau menjelaskan sebuah proses relasi dan realisasi kekuasaan. Makna soft power sendiri dapat dilihat dari istilah ‘soft yang berarti ‘lunak’ atau ‘halus’ dan power ’, yakni suatu kemampuan untuk melakukan segala sesuatu dan mengontrol pihak lain, untuk membuatnya melakukan sesuatu yang belum tentu ingin mereka lakukan (an ability to do things and control others, to get others to do what they otherwise would not” ).  Sehingga, soft power dapat didefinisikan sebagai sebuah kemampuan suatu negara untuk mempengaruhi perilaku negara lain dengan cara persuasif daripada dengan koersi atau maupun imbalan.

ANALISIS
A.    Analisis Kuliner Matcha di Jepang Menggunakan Konsep Williams
1.      Disukai Banyak Orang
Matcha merupakan salah satu dari tiga varian rasa tradisional di Jepang, selain Azuki dan Japan sweet potato. Pada sebuah survey di tahun 2013 yang diadakan oleh Asosiasi Pecinta Es Krim Jepang, rasa matcha menduduki peringkat ke dua sebagai Rasa Es Krim Favorit di Jepang. Survey tersebut diikuti oleh 4.928 pria dan wanita dari berbagai usia. Dari hasil tersebut pun terdapat rincian presentase usia penyuka rasa tersebut, hasilnya sebesar 50% penyuka rasa matcha berusia manula (60 tahun ke atas), lalu 40% berusia 30 tahun ke bawah dan sisanya adalah usia 40-50 tahun.
Selain pada survey rasa Es Krim, Matcha juga menduduki peringkat ke 8 pada survey Rasa Coklat Favorit di Jepang. Survey tersebut diadakan oleh website rankingshare.jp dan diikuti oleh 500 orang pemuda Jepang.

2.      Jenis Kerja Rendahan (Mudah Ditemukan)
Tentu saja sangat mudah menemukan berbagai  kuliner matcha di Jepang. Dari mulai es krim di kedai pinggir jalan, snack dengan varian rasa matcha di conbini, sampai Matcha Latte di kafe mahal. Selain itu, berbeda dengan varian rasa khas Jepang lainnya, kuliner Matcha dapat ditemukan sepanjang tahun di Jepang karena tidak memerlukan musim khusus.

3.      Dibuat Untuk Menyenangkan Orang Lain
Sudah sejak lama matcha diketahui memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Pendeta Buddha Zen menikmati matcha dengan tujuan menjaga dirinya tetap terjaga selama proses meditasi dan membersihkan diri dari zat-zat berbahaya dalam tubuh. Pada saat ini pun ada 3 manfaat matcha yang terkenal yakni sebagai penyemangat tubuh karena kandungan kaffeinnya yang tinggi namun tidak berbahaya seperti kopi, lalu sebagai pembakar lemak dalam tubuh dan sebagai anti oksidan.

Hal yang unik terjadi pada bulan Juli 2016, sebuah perusahaan pembuat teh hijau yang telah berdiri sejak 155 tahun lalu, Tsujiri Corp, mengadakan kampanye diskon harga es krim matcha  bagi para peserta pemilu Jepang. Kampanye tersebut diselenggarakan selama dua minggu untuk mendukung para pemuda usia 18-19 tahun yang baru pertama kali mengikuti pemilu. Tsujiri Corp. Memberikan potongan harga sebesar 100 yen untuk mereka yang menunjukan formulir tanda sudah mengikuti pemilu. Dan hal ini mendapatkan respon yang baik dari masyarakat Jepang.

4.      Dibuat Untuk Menyenangkan Diri Sendiri
Kuliner matcha biasanya memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan varian rasa lainnya. Matcha Latte di Jepang memiliki kisaran harga antara 560 – 780 yen per gelas. Sedangkan untuk Green Tea Cake 300 – 500 yen. Dan untuk Matcha Ice Cream 200 – 300 yen. Harga tersebut bergantung pada kualitas Matcha yang digunakan sebagai bahan campurannya.

B. Analisis Kuliner Matcha di Indonesia Menggunakan Konsep Williams
1.      Disukai Banyak Orang
Munculnya menu-menu dengan rasa matcha saat ini, dikarenakan antusiasme para konsumen pada rasa matcha. Para pengusaha kuliner menargetkan penjualan produk dengan varian rasa Matcha pada pembeli usia 15 – 30 tahun. Berbeda dengan di Jepang, penyuka rasa matcha di Indonesia berasal dari kalangan muda karena pengaruh dari televisi dan internet. Dan, saat ini penyebaran kuliner matcha masih terbatas di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya.

2.      Jenis Kerja Rendahan (Mudah Ditemukan)
Dimulai dari stick biscuit rasa green tea dari Pocky, permen green tea dari UHA, Green Tea Latte dari Allure dan juga Nu Green Tea, dan baru-baru ini di Indomaret dan Alfamart juga sudah tersedia Kit-Kat green tea  yang sudah berlabel halal, masyarakat Indonesia tidak perlu lagi harus ke minimarket barang impor untuk membeli produk rasa matcha.

Selain produk-produk kemasan seperti di atas, dapat ditemukan juga pedagang kue cubit green tea dan martabak green tea di pinggir jalan. Salah satu produsen keripik tempe dengan merk dagang ‘Buluk Lupa’ membuat inovasi rasa tempe green tea. Dan di Bandung ada sebuah restoran yang memiliki menu mie goreng green tea dan mie ayam green tea. Hal ini menunjukkan kemudahan bagi masyarakat Indonesia memperoleh kuliner matcha.

3.      Dibuat Untuk Menyenangkan Orang Lain
Selain karena rasanya yang unik, alasan banyak orang Indonesia menyukai kuliner matcha adalah karena semua yang serba green tea, umumnya menarik untuk  generasi sosial media dan Instagram. Ada kebanggaan tersendiri bagi mereka yang dapat mengunggah foto, blog kuliner atau status di Facebook dengan makanan-makanan dengan matcha. Karena itu para pengusaha kuliner berlomba-lomba menciptakan tampilan yang menarik untuk kuliner matcha.

4.      Dibuat Untuk Menyenangkan Diri Sendiri
Baik di Jepang maupun Indonesia, biasanya makanan yang mengandung unsur matcha memiliki harga yang sedikit lebih mahal dengan makanan dengan rasa yang biasa. Hal ini dikarenakan pedagang merasa produk mereka memiliki nilai tambah dengan keunikan dari rasa matcha itu sendiri. Sebagai contoh, kue cubit dengan rasa original satu loyang dipatok haga Rp 8000, sedangkan kue cubit green tea satu loyang berharga Rp 12000. Namun harga tersebut tidak menjadi masalah bagi para pembeli dan kuliner matcha di Indonesia tidak berkurang di Indonesia justru semakin bertambah.

C.     Analisis Kuliner Matcha di Jepang Menggunakan Soft Power
Dalam tulisan ini penulis menggunakan konsep soft power untuk menganalisis kuliner matcha di Jepang. Produsen kuliner rasa matcha di Jepang sebagai pemberi pesan, Penikmat kuliner rasa matcha di Jepang sebagai penerima pesan.  Lalu isi Pesannya adalah meskipun matcha adalah rasa tradisional Jepang, namun tidak ketinggalan zaman. Pesan tersebut disampaikan dengan cara menghilangkan imej kuno dari matcha dan memperbanyak varian menu dengan matcha. Sebagai contoh, tidak hanya pada mocha namun matcha juga digunakan pada cheese cake yang dijual di kafe, sehingga kaum muda pun mulai menyukai kuliner matcha juga.

D.    Analisis Kuliner Matcha di Indonesia Menggunakan Soft Power
Sedangkan di Indonesia pemberi pesan adalah produsen kuliner rasa matcha di Indonesia dan penerima pesan  adalah penikmat kuliner rasa matcha di Indonesia. Isi pesan yang disampaikan adalah makanan dengan rasa matcha selain menyehatkan, juga membuatmu terlihat keren dan tidak ketinggalan zaman karena matcha adalah icon Jepang. Cara Penyampaian dengan membuat tampilan menu dengan matcha semenarik mungkin dan memperbanyak iklan di sosial media. Contohnya adalah varian menu baru Mc Donald di Indonesia ‘Cita Rasa Spesial dari Negeri Jepang’ yang diantaranya terdiri dari Matcha Oreo Mc Flurry dan Beef Teriyaki Burger.
PENUTUP
Dari hasil analisis di atas dapat dilihat bahwa kuliner matcha di Jepang sudah menjadi budaya populer dan kuliner matcha di Indonesia sedang mulai menjadi budaya populer. Persamaan yang dapat dilihat di Jepang dan Indonesia adalah produsen kuliner dengan rasa matcha di Jepang dan Indonesia, sama-sama menjual nilai kekinian dari produk dengan rasa matcha karena memiliki tampilan yang menarik untuk dilihat. Dan harga kuliner matcha lebih mahal dibandingkan dengan varian rasa lainnya.
Sedangkan untuk perbedaan di Jepang dan Indonesia, di Jepang umumnya varian matcha digunakan pada makanan ringan dan manis, sedangkan para pengusaha kuliner di Indonesia berinovasi matcha pada makanan asin dan berat seperti tempe, mie ayam dan nasi goreng. Lalu usia penyuka matcha di Jepang kebanyakan adalah kaum manula dikarenakan matcha adalah rasa tradisional Jepang dan saat ini mulai dibuat produk matcha  yang lebih manis untuk ditargetkan pada kaum muda dan turis asing yangberkunjung ke Jepang. Sedangkan di Indonesia penikmat kuliner matcha adalah kaum muda yang aktif bermain sosial media dan internet. Kuliner matcha di Indonesia terasa lebih ringan dibandingkan di Jepang karena di Indonesia kebanyakan memakai perisa dan bukan bubuk asli matcha.

Daerah penghasil matcha yang terkenal di Jepang adalah Uji, Kyoto. Di Indonesia pun kabarnya matcha sudah diproduksi di daerah Bandung dan Malang.

DAFTAR PUSTAKA
Williams, Raymond, (1983) Keyword, London: Fontana.
Schilling Mark, (1997) Encyclopedia of Japanese Pop Culture, Newyork: Weatherkill
www.rankingshare.jp
https://news.nifty.com/article/item/neta/12225-130724002616/
https://gakumado.mynavi.jp/freshers/articles/12391
www.breakawaymatcha.com/story-of-matcha/
en.rocketnews24.com/2016/06/28/matcha-ice-cream-used-to-encourage-young-people-to-vote-in-upcoming-japanese-election/