Mei 27, 2015

TRADISI PERNIKAHAN DI JEPANG [materi kuliah PLB jurusan bahasa jepang]

 

[postingan ini merupakan terjemahan dari buku berbahasa Inggris tentang budaya Jepang yang saya terjemahkan sendiri untuk materi tugas mata kuliah Pemahaman Lintas Budaya, jadi mungkin banyak bahasa Indonesia yang aneh disini ^^ harap dimaklumi]

Tradisi pernikahan di Jepang seringkali melibatkan peran seorang perantara (baishakunin / nakodo). Sebuah pernikahan yang melalui perjodohan (miai kekkon), biasanya membutuhkan seorang perantara yang saling mengenalkan pada pertemuan pertama. Jika pernikahan itu bukan melalui proses perjodohan (ren’ai kekkon), mereka akan meminta bantuan seseorang untuk menjadi perantara dalam upacara pernikahan dan pesta resepsi yang diadakan sesudahnya. Semakin besar hutang budi sepasang kekasih kepada perantara, semakin besar tanggungjawab seorang perantara, tergantung seberapa dini seorang perantara terlibat.

Upacara pertunangan formal dilaksanakan sebagai kesempatan keluarga dari pihak pengantin pria dan wanita untuk saling bertukar hadiah pertunangan. Hadiah pertunangan ini dikemas dan dipersembahkan secara formal. Pada umumnya hadiah tersebut berupa barang-barang tradisional yang dianggap dapat membawa keberuntungan, seperti ikan sea bream, satu tong sake atau uang. Harus diperjelas bahwa pernikahan di Jepang menekankan hubungan antar keluarga, berbeda bila dibandingkan dengan di negara-negara lain. Jika terdapat perbedaan pendapat mengenai bagaimana pernikahan harus dilaksanakan, seringkali sang perantaralah yang dipanggil untuk membantu menyelesaikan.

Acara pernikahan ala Jepang (kekkon shiki) terdiri dari sebuah upacara pernikahan secara singkat yang dihadiri beberapa kerabat dan teman saja, kemudian dilanjutkan dengan resepsi (kekkon hiroen) dan acara perjamuan makan malam yang dihadiri kerabat-kerabat jauh kedua keluarga. Tamu-tamu biasanya hanya diundang saat resepsi. Hal ini bukan berarti membedakan seberapa dekat hubungan sang tamu dengan kedua mempelai namun karena tempat untuk upacara pernikahan biasanya relatif kecil.

Undangan formal mungkin akan diberikan setelah pengumuman secara verbal dari mulut ke mulut. Jika anda sudah menikah, untuk mengetahui apakah hanya anda atau pasangan anda juga diundang, dan untuk siapa undangan itu diberikan telah tertulis dengan jelas di undangan.

Undangan formal hampir selalu disertai kartu pos balasan (R.S.V.P). Di undangan tertulis tanggal batas waktu pengiriman balasan. Jadi, walaupun anda telah memberikan jawaban secara langsung, anda tetap harus mengirim kembali kartu pos balasan tersebut sebelum batas waktu pengiriman karena pihak keluarga harus menyelesaikan urusan dengan pihak gedung resepsi, mendata nama tamu yang akan hadir, dan menyiapkan souvenir. Di bagian depan kartu pos, coret huruf yuki (untuk) dan tulis huruf kanji sama. Di bagian belakang, coret ‘hadir’ atau ‘tidak hadir’ dan coret juga huruf penghormatan untuk anda, seperti pada gambar. Jika anda berencana untuk hadir, tambahkan ucapan selamat bersama nama dan alamat anda. Jika tidak hadir, tambahkan ungkapan penyesalan.
Jika anda seharusnya hadir tetapi tidak bisa datang menghadiri resepsi, anda boleh mengikuti kebiasaan yang ada dengan mengirim telegram (o-iwai dempo). Tekan 115 dan kirimkan telegram, mungkin pesan tersebut akan tiba saat di tempat pernikahan atau di rumah sang mempelai sebelum pernikahan dimulai. Anda bisa mengirimnya sepuluh hari sebelum pesan telegram itu tiba. Bunyi pesannya bisa dilihat dibalik NTT, sesuai dengan nomornya dan sangat mudah.
Contohnya:
            001: Gokkekon omedeto gozaimasu (selamat atas pernikahan kalian)
            015: Selamat atas pernikahan bahagia anda

Pada umumnya, walaupun seseorang tidak bisa mendatangi resepsi ia juga akan mengirimi hadiah pada kedua mempelai. Hadiah tersebut dikirimkan dalam jangka waktu satu bulan pertama pernikahan. Jika anda menghadiri resepsi, anda harus memasukkan uang hadiah ke dalam amplop khusus (shugi bukuro) dan menuliskan ucapan selamat (kotobuki) seperti pada gambar. Sebagai isinya, daftar berikut ini berisi kisaran besar hadiah uang yang diberikan. Bila anda lebih muda, anda bisa mengambil kisaran yang terkecil. Bila anda lebih tua dan berstatus sosial tinggi, anda harus mengambil kisaran yang terbesar.

Hubungan dengan anda
Menghadiri resepsi
Tidak menghadiri resepsi
Keluarga dekat
¥30,000 – 70,000
¥10,000 – 50,000
Relasi
¥30,000 – 70,000
¥10,000 – 50,000
Teman
¥10,000 – 30,000
¥10,000
Kolega
¥20,000 – 30,000
¥5,000   – 10,000
Bawahan
¥10,000 – 20,000
¥10,000 – 20,000
Klien
¥20,000 – 30,000
¥20,000 – 30,000
Dermawan
¥10,000 – 20,000
¥5,000    - 10,000

Uang yang baru dan masih belum terlipat, sebaiknya dimasukkan ke dalam amplop kecil di bagian dalam amplop dan dilipat seperti pada gambar diatas. Jika amplop yang anda beli di department store  atau toko peralatan tulis memiliki amplop kecil yang sudah terlipat, anda tinggal memasukkan uang ke dalamnya. Penting diingat untuk menuliskan jumlah uang, nama dan alamat anda di amplop tersebut agar tidak tertukar dengan amplop dari tamu-tamu lain. Gambar pada halaman sebelumnya memperlihatkan posisi dimana anda harus menulis kanji nama, alamat dan jumlah uang anda. Saat membuka lipatan amplop kecil tersebut mungkin anda akan lupa cara melipatnya kembali. Seperti yang terlihat pada gambar diatas, penting untuk melipat bagian bawah penutup ke bagian ujung penutup atas.

Pakaian standar untuk menghadiri upacara pernikahan dan resepsi harus yang tidak bertujuan untuk menyaingi pakaian kedua mempelai. Pria Jepang biasanya memiliki jas hitam formal yang memang khusus untuk untuk menghadiri acara seperti itu. Mereka juga memakai kemeja dan dasi putih. Wanita Jepang yang sudah menikah memiliki kimono hitam dengan pola warna emas atau lainnya untuk dipakai saat acara formal. Sedangkan anak mudanya, yang belum menikah atau bukan orang Jepang tidak memakai pakaian seperti itu dan boleh memakai pakaian lain. Untuk gadis, gaun selutut atau blus. Untuk laki-laki, jas berwarna gelap dan dasi. Pakaian luaran (mantel atau jaket) dan tas harus diperiksa di ruangan tempat penggantungan jas.

UPACARA PERNIKAHAN
Ada tiga jenis upacara pernikahan Jepang: secara Shinto, Kristen dan Buddha. Upacara secara Shinto hanya melibatkan peran  pendeta, mempelai wanita, mempelai pria, kerabat dekat dan sepasang perantara, jadi jika anda diundang, anda hanya perlu menyaksikan dan mengikuti tamu lainnya. Pernikahan secara Kristen melibatkan partisipan untuk ikut berdiri, menyanyi dan hal kecil lainnya. Sedangkan upacara secara Buddha jarang ditemukan.

Upacara pernikahan itu sendiri biasanya dilangsukan di kuil, gereja, kelenteng, hotel, atau gedung pernikahan, dimana upacaranya dilaksanakan terlebih dahulu sebelum resepsi.

RESEPSI PERNIKAHAN
Resepsi pernikahan diselenggarakan secara hati-hati dan tamu harus memastikan untuk tiba tepat waktu. Di dekat pintu masuk menuju ruang perjamuan akan ada meja resepsionis.

Orang yang duduk di meja resepsionis biasanya teman sang mempelai yang masih muda. Serahkan amplop uang anda ke penjaga tersebut dan mereka akan meletakkannya di nampan, tanda tanganlah di buku tamu dan anda akan menerima lembaran susunan acara. Ingatlah, hadiah pernikahan tidak harus uang karena tidak ada peraturan seperti itu. Lembaran susunan acara yang anda terima berisi rangkaian acara dan susunan tempat duduk tamu beserta namanya dan apa hubungan mereka dengan sang mempelai. Perhatikan dimana anda akan duduk dan siapa yang akan duduk di meja yang sama.

Akan ada pengumuman pemberitahuan bahwa persiapan telah selesai dan tamu dipersilahkan duduk. Perantara akan mengenalkan secara formal profil sang mempelai pria dan wanita dan akan diikuti oleh pemimpin acara. Setelah itu dua sampai tiga jam pidato, menyanyi, makan-makan, minum dan pemberian ucapan selamat. Jika anda diminta untuk memberikan pidato, anda harus membuatnya singkat dan sopan. Ketika anda dipanggil untuk maju memberikan pidato, angkat tangan anda, bungkukan badan kepada tamu-tamu di meja anda dan berjalanlah ke arah microphone. Bungkukkan badan ke arah kumpulan tamu lainnya, usahakan pidato anda singkat, setelah itu bungkukkan badan ke arah pasangan pengantin dan kembalilah ke tempat duduk anda.

Meskipun anda tidak diminta untuk memberikan pidato, anda tetap perlu memberikan ucapan selamat secara pribadi kepada mempelai pengantin. Selama jeda dalam pidato dan nyanyian, ambillah sebotol bir atau sake dari meja anda dan maju ke meja depan. Isilah gelas pasangan pengantin baru tersebut sebagai bentuk ucapan O-medetou gozaimasu. Selama acara resepsi, pengantin wanita akan beberapa kali meninggalkan ruang perjamuan untuk mengganti pakaiannya (o-ironaoshi), jadi jika anda ingin memberi ucapan selamat, jangan menunggu lama.

Biasanya orangtua sang mempelai yang akan mengisi gelas-gelas di meja para tamu. Anda juga harus memberikan ucapan selamat kepada mereka.

Di akhir acara, pelayan akan datang ke meja anda untuk membungkuskan makanan yang belum tersentuh dan menaruhnya di dalam tas di dekat kursi anda yang berisi “hadiah balasan” (souvenir pernikahan) (hikide mono) yang akan anda bawa pulang. Selesai makan malam, ambilah tas tersebut dan berjalanlah menuju pintu keluar dimana pasangan pengantin dan orangtuanya berdiri untuk mengucapakan selamat tinggal dan terima kasih untuk kehadiran anda. Bungkukkanlah badan, ucapkan O-medetou gozaimasu sekali lagi, dan pulanglah.

2 komentar: