[postingan ini merupakan terjemahan dari buku berbahasa Inggris tentang budaya Jepang yang saya terjemahkan sendiri untuk materi tugas mata kuliah Pemahaman Lintas Budaya, jadi mungkin banyak bahasa Indonesia yang aneh disini ^^ harap dimaklumi]
Tradisi pernikahan
di Jepang seringkali melibatkan peran seorang perantara (baishakunin /
nakodo). Sebuah pernikahan yang melalui perjodohan (miai kekkon),
biasanya membutuhkan seorang perantara yang saling mengenalkan pada pertemuan
pertama. Jika pernikahan itu bukan melalui proses perjodohan (ren’ai kekkon),
mereka akan meminta bantuan seseorang untuk menjadi perantara dalam upacara
pernikahan dan pesta resepsi yang diadakan sesudahnya. Semakin besar hutang
budi sepasang kekasih kepada perantara, semakin besar tanggungjawab seorang
perantara, tergantung seberapa dini seorang perantara terlibat.
Upacara pertunangan formal dilaksanakan
sebagai kesempatan keluarga dari pihak pengantin pria dan wanita untuk saling
bertukar hadiah pertunangan. Hadiah pertunangan ini dikemas dan dipersembahkan
secara formal. Pada umumnya hadiah tersebut berupa barang-barang tradisional
yang dianggap dapat membawa keberuntungan, seperti ikan sea bream, satu
tong sake atau uang. Harus diperjelas bahwa pernikahan di Jepang menekankan
hubungan antar keluarga, berbeda bila dibandingkan dengan di negara-negara
lain. Jika terdapat perbedaan pendapat mengenai bagaimana pernikahan harus dilaksanakan,
seringkali sang perantaralah yang dipanggil untuk membantu menyelesaikan.
Acara pernikahan
ala Jepang (kekkon shiki) terdiri dari sebuah upacara pernikahan secara
singkat yang dihadiri beberapa kerabat dan teman saja, kemudian dilanjutkan dengan
resepsi (kekkon hiroen) dan acara perjamuan makan malam yang dihadiri
kerabat-kerabat jauh kedua keluarga. Tamu-tamu biasanya hanya diundang saat
resepsi. Hal ini bukan berarti membedakan seberapa dekat hubungan sang tamu
dengan kedua mempelai namun karena tempat untuk upacara pernikahan biasanya
relatif kecil.
Undangan formal
mungkin akan diberikan setelah pengumuman secara verbal dari mulut ke mulut.
Jika anda sudah menikah, untuk mengetahui apakah hanya anda atau pasangan anda
juga diundang, dan untuk siapa undangan itu diberikan telah
tertulis dengan jelas di undangan.
Undangan formal
hampir selalu disertai kartu pos balasan (R.S.V.P). Di undangan tertulis
tanggal batas waktu pengiriman balasan. Jadi, walaupun anda telah memberikan
jawaban secara langsung, anda tetap harus mengirim kembali kartu pos balasan
tersebut sebelum batas waktu pengiriman karena pihak keluarga harus
menyelesaikan urusan dengan pihak gedung resepsi, mendata nama tamu yang akan
hadir, dan menyiapkan souvenir. Di bagian depan kartu pos, coret huruf yuki (untuk)
dan tulis huruf kanji sama. Di bagian belakang, coret ‘hadir’ atau
‘tidak hadir’ dan coret juga huruf penghormatan untuk anda, seperti pada
gambar. Jika anda berencana untuk hadir, tambahkan ucapan selamat bersama nama
dan alamat anda. Jika tidak hadir, tambahkan ungkapan penyesalan.
Jika anda
seharusnya hadir tetapi tidak bisa datang menghadiri resepsi, anda boleh
mengikuti kebiasaan yang ada dengan mengirim telegram (o-iwai dempo).
Tekan 115 dan kirimkan telegram, mungkin pesan tersebut akan tiba saat di
tempat pernikahan atau di rumah sang mempelai sebelum pernikahan dimulai. Anda
bisa mengirimnya sepuluh hari sebelum pesan telegram itu tiba. Bunyi pesannya
bisa dilihat dibalik NTT, sesuai dengan nomornya dan sangat mudah.
Contohnya:
001: Gokkekon omedeto gozaimasu (selamat
atas pernikahan kalian)
015: Selamat atas pernikahan bahagia
anda
Pada umumnya,
walaupun seseorang tidak bisa mendatangi resepsi ia juga akan mengirimi hadiah
pada kedua mempelai. Hadiah tersebut dikirimkan dalam jangka waktu satu bulan
pertama pernikahan. Jika anda menghadiri resepsi, anda harus memasukkan uang
hadiah ke dalam amplop khusus (shugi bukuro) dan menuliskan ucapan
selamat (kotobuki) seperti pada gambar. Sebagai isinya, daftar berikut
ini berisi kisaran besar hadiah uang yang diberikan. Bila anda lebih muda, anda
bisa mengambil kisaran yang terkecil. Bila anda lebih tua dan berstatus sosial
tinggi, anda harus mengambil kisaran yang terbesar.
Hubungan dengan
anda
|
Menghadiri
resepsi
|
Tidak menghadiri
resepsi
|
Keluarga dekat
|
¥30,000 – 70,000
|
¥10,000 – 50,000
|
Relasi
|
¥30,000 – 70,000
|
¥10,000 – 50,000
|
Teman
|
¥10,000 – 30,000
|
¥10,000
|
Kolega
|
¥20,000 – 30,000
|
¥5,000 – 10,000
|
Bawahan
|
¥10,000 – 20,000
|
¥10,000 – 20,000
|
Klien
|
¥20,000 – 30,000
|
¥20,000 – 30,000
|
Dermawan
|
¥10,000 – 20,000
|
¥5,000 - 10,000
|
Uang yang baru dan
masih belum terlipat, sebaiknya dimasukkan ke dalam amplop kecil di bagian
dalam amplop dan dilipat seperti pada gambar diatas. Jika amplop yang anda beli
di department store atau toko
peralatan tulis memiliki amplop kecil yang sudah terlipat, anda tinggal
memasukkan uang ke dalamnya. Penting diingat untuk menuliskan jumlah uang, nama
dan alamat anda di amplop tersebut agar tidak tertukar dengan amplop dari tamu-tamu
lain. Gambar pada halaman sebelumnya memperlihatkan posisi dimana anda harus
menulis kanji nama, alamat dan jumlah uang anda. Saat membuka lipatan amplop
kecil tersebut mungkin anda akan lupa cara melipatnya kembali. Seperti yang
terlihat pada gambar diatas, penting untuk melipat bagian bawah penutup ke
bagian ujung penutup atas.
Pakaian standar
untuk menghadiri upacara pernikahan dan resepsi harus yang tidak bertujuan
untuk menyaingi pakaian kedua mempelai. Pria Jepang biasanya memiliki jas hitam
formal yang memang khusus untuk untuk menghadiri acara seperti itu. Mereka juga
memakai kemeja dan dasi putih. Wanita Jepang yang sudah menikah memiliki kimono
hitam dengan pola warna emas atau lainnya untuk dipakai saat acara formal. Sedangkan
anak mudanya, yang belum menikah atau bukan orang Jepang tidak memakai pakaian
seperti itu dan boleh memakai pakaian lain. Untuk gadis, gaun selutut atau
blus. Untuk laki-laki, jas berwarna gelap dan dasi. Pakaian luaran (mantel atau
jaket) dan tas harus diperiksa di ruangan tempat penggantungan jas.
UPACARA PERNIKAHAN
Ada tiga jenis
upacara pernikahan Jepang: secara Shinto, Kristen dan Buddha. Upacara secara
Shinto hanya melibatkan peran pendeta,
mempelai wanita, mempelai pria, kerabat dekat dan sepasang perantara, jadi jika
anda diundang, anda hanya perlu menyaksikan dan mengikuti tamu lainnya. Pernikahan
secara Kristen melibatkan partisipan untuk ikut berdiri, menyanyi dan hal kecil
lainnya. Sedangkan upacara secara Buddha jarang ditemukan.
Upacara pernikahan
itu sendiri biasanya dilangsukan di kuil, gereja, kelenteng, hotel, atau gedung
pernikahan, dimana upacaranya dilaksanakan terlebih dahulu sebelum resepsi.
RESEPSI PERNIKAHAN
Resepsi pernikahan diselenggarakan secara hati-hati dan tamu harus memastikan untuk tiba tepat waktu. Di dekat pintu masuk menuju ruang perjamuan akan ada meja resepsionis.
Orang yang duduk di
meja resepsionis biasanya teman sang mempelai yang masih muda. Serahkan amplop
uang anda ke penjaga tersebut dan mereka akan meletakkannya di nampan, tanda
tanganlah di buku tamu dan anda akan menerima lembaran susunan acara. Ingatlah,
hadiah pernikahan tidak harus uang karena tidak ada peraturan seperti itu. Lembaran
susunan acara yang anda terima berisi rangkaian acara dan susunan tempat duduk tamu beserta namanya dan apa hubungan mereka dengan sang mempelai. Perhatikan dimana anda akan duduk dan siapa yang akan duduk di meja yang sama.
Akan ada pengumuman
pemberitahuan bahwa persiapan telah selesai dan tamu dipersilahkan duduk. Perantara
akan mengenalkan secara formal profil sang mempelai pria dan wanita dan akan
diikuti oleh pemimpin acara. Setelah itu dua sampai tiga jam pidato, menyanyi,
makan-makan, minum dan pemberian ucapan selamat. Jika anda diminta untuk
memberikan pidato, anda harus membuatnya singkat dan sopan. Ketika anda
dipanggil untuk maju memberikan pidato, angkat tangan anda, bungkukan badan
kepada tamu-tamu di meja anda dan berjalanlah ke arah microphone. Bungkukkan
badan ke arah kumpulan tamu lainnya, usahakan pidato anda singkat, setelah itu
bungkukkan badan ke arah pasangan pengantin dan kembalilah ke tempat duduk
anda.
Meskipun anda tidak
diminta untuk memberikan pidato, anda tetap perlu memberikan ucapan selamat
secara pribadi kepada mempelai pengantin. Selama jeda dalam pidato dan nyanyian, ambillah sebotol bir atau
sake dari meja anda dan maju ke meja depan. Isilah gelas pasangan pengantin
baru tersebut sebagai bentuk ucapan O-medetou gozaimasu. Selama acara
resepsi, pengantin wanita akan beberapa kali meninggalkan ruang perjamuan untuk
mengganti pakaiannya (o-ironaoshi), jadi jika anda ingin memberi ucapan
selamat, jangan menunggu lama.
Biasanya orangtua
sang mempelai yang akan mengisi gelas-gelas di meja para tamu. Anda juga harus
memberikan ucapan selamat kepada mereka.
Di akhir acara,
pelayan akan datang ke meja anda untuk membungkuskan makanan yang belum
tersentuh dan menaruhnya di dalam tas di dekat kursi anda yang berisi “hadiah balasan”
(souvenir pernikahan) (hikide mono) yang akan anda bawa pulang. Selesai
makan malam, ambilah tas tersebut dan berjalanlah menuju pintu keluar dimana
pasangan pengantin dan orangtuanya berdiri untuk mengucapakan selamat tinggal
dan terima kasih untuk kehadiran anda. Bungkukkanlah
badan, ucapkan O-medetou gozaimasu sekali lagi, dan pulanglah.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusJadi pengen ke jepang xixixix
BalasHapusSouvenir Pernikahan