Desember 20, 2013

[soal + jawaban] mata kuliah Pranata Masyarakat Indonesia

Hai hai hai >,<
Ini postingan penting untuk kalian… ini adalah soal + jawaban dari ujian tengah semester saya kemarin pada mata kuliah Pranata Masyarakat Indonesia.

Soal
1.     August Comte, Carl Max, Emile Durkheim, dan Max Weber adalah empat tokoh perintis sosiologi. Sebutkan pendapat-pendapat penting mereka.
2.      Ada empat agen dalam sosiologi. Jelaskan keempat agen tersebut.
3.     Dalam sosiologi ada istilah sosialisasi primer dan sekunder serta pola-pola sosialisasi. Jelaskan istilah-istilah itu.
4.     Teori-teori penyimpangan ada lima, diantaranya 1. Differential association, 2. Labeling 3. Merton. Jelaskan ketiga teori tersebut.
5.     Tipe-tipe kejahatan ternyata beragam. Jelaskan empat tipe kejahatan menurut teori penyimpangan.
6.     Menurut Marion Levy ada empat criteria yang perlu dipenuhi agar suatu kelompok dapat disebut masyarakat. Jelaskan keempat hal tersebut.
7.     Pokok pikiran interaksionisme simbolis ada tiga macam. Jelaskan ketiga-tiganya.
8.     Ketika beberapa anggota masyarakat melakukan penyimpangan, diperlukan pengendalian sosial. Jelaskan mekanisme pengendalian sosial.
9.     Sosiologi mengatur interaksi manusia, terutama dalam ruang, waktu, dan gerak tubuh. Jelaskan hal itu.
10.                        Tahap berjumpa dan berpisah dalam kajian sosiologi merupakan hal penting. Dalam tahap ini ada yang disebut tahap mendekatkan diri dan peregangan. Jelaskan kedua konsep tersebut.



JAWABAN
1.      
AUGUSTE COMTE (1978 – 1857)
Auguste Comte sering dianggap sebagai Bapak Sosiologi. Comte berpendapat bahwa sosiologi merupakan “Ratu Ilmu-Ilmu Sosial”.  Menurut comte ada tiga tahap perkembangan intelektual, yaitu :
1.     Tahap Teologis yaitu dengan kekuatan-kekuatan yang dikendalikan oleh roh-roh dewa-dewa atau tuhan yang maha kuasa. Penafsiran ini penting bagi manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang memusuhinya dan untuk melindungi dirinya Dari faktor-faktoryang tidak terduga timbulnya. Disaat ini manusia belum memikirkan tentang kejadian di alam sekitarnya. 
2.     Tahap Metafisik. Pada tahap ini manusia menganggap bahwa di dalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapan. Pada tahap ini manusia masih terikat oleh cita-cita tanpa verifikasi, oleh karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam. Hal yang terakhir inilah yang merupakan tugas ilmu pengetahuan positif, yang merupakan tahap ketiga atau tahap terakhir dari perkembangan manusia. Pada tahap ini manusia mulai memikirkan kejadian alam di sekitarnya.
3.     Tahap Positif. Menurut Comte dengan ilmu pengetahuan bersifat positif, apabila ilmu pengetahuan tersebut memusatkan perhatian pada gejala-gejala yang nyata dan konkrit, tanpa ada halangan dari pertimbangan-pertimbangan lainnya. Dengan demikian, maka ada kemungkinan untuk memberikan penilaian terhadap berbagai cabang ilmu pengetahuan dengan jalan mengukur isinya yang positif, serta sampai sejauh mana ilmu tadi dapat mengungkapkan kebenaran yang positif. Pada tahap ini manusia menggunakan penelitian dan bukti yang kuat untuk meneliti kejadian di sekitarnya.
          
Comte juga membedakan antara sosiologi statis dengan sosiologi dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar dari adanya masyarakat. Studi ini merupakan semacam anatomi sosial yang mempelajari aksi-aksi dan reaksi timbal balik dari sistem-sistem sosial. Cita- cita dasar yang menjadi latar belakang sosiologi statis adalah bahwa semua gejala sosial saling berkaitan, yang berarti bahwa percuma untik mempelajari gejala sosial secara tersendiri. Unit sosial yang penting bukanlah induvidu tetapi keluarga yang bagiannya terikat oleh simpati. Agar suatu masyarakat berkembang maka simpati harus diganti dengan kooperasi, yang hanya mungkin ada apabila terdapat pembagian kerja.
Sedangkan Sosiologi Dinamik meneropong bagaimana lembaga-lembaga itu berkembang. Perkembangan tersebut pada hakekatnya melewati tiga tahap yaitu, tahap teologis ialah tingkatan pemikiran manusia bahwa semua benda didunia ini mempunyai jiwa, tahap metafisis ialah tahap yang masih percaya kekuatan-kekuatan dan tahap positif ialah tahap dimana manusia sudah berfikir secara ilmiah.

EMILE DURKHEIM
adalah tokoh yang sering disebut sebagai eksemplar dari lahirnya teori fungsionalisme. Ia lebih menaruh perhatian pada masalah moralitas, terutama moralitas kolektif. Durkheim terkenal sebagai sosiolog yang brilian dan memiliki latar belakang akademis dalam ilmu sosiologis. Dalam usia 21 tahun ia masuk pendidikan di Ecole Normale Superiure. Dalam waktu singkat ia membaca Renouvier, Neo Kantian yang sangat dipengaruhi pemikiran Saint Simon dan August Comte, dan bahkan melahap karya-karya Comte sendiri. Disertasinya TheDivision of Labor in Society yang diterbitkan tahun 1893 memaparkan konsep-konsep evolusi sejarah moral atau norma-norma tertib social, serta menempatkan krisis moral yang hebat dalam masyarakat modern. Itu sebabnya, disertasi itu menjadi karya klasik dalam tradisi sosiologi.
             Dalam bidang metodologi menulis The Rule of Sociological Method yang diterbitkan tahun 1895. Tahun 1897 Durkheim menjadi guru besar di Bordeaux. Karya Durkheim lain yang berpengaruh dalam ilmu sosiologi adalah The Elementary Forms of Religious Life yang terbit tahun 1912. Pemikiran Durkheim secara umum memberikan landasan dasar bagi konsep-konsep sosiologi melalui kajian-kajiannya terhadap elemen-elemen pembentuk kohesi social, pembagian kerja dalam masyarakat, implikasi dari formasi social baru yang melahirkan gejala anomie, dan nilai-nilai kolekltif, termasuk juga tentang aksi dan interaksi individu dalam masyarakat. Inilah yang menjadi dasar Durkheim mengembangkan sosiologi dalam bidang social keagamaan dan politik.
            Selain itu Durkheim mengklasifikasikan sosiologi menjadi bagian-bagian yang terdiri atas sosiologi umum, sosiologi agama, sosiologi hokum dan moral, sosiologi kejahatan dan statistika moral, sosiologi ekonomi, morfologi sosial, dan sejumlah pokok bahasan yang mencakup sosiologi estetika, teknologi, bahasa dan perang.

MAX WEBER
. Seperti Durkheim, Weber juga aktif menerbitkan jurnal ilmu sosial di Jerman yaitu Archiv fur Sozialwissenschaften dan menjadi editornya. Jurnal ini menjadi jurnal sosial yang terkemuka di Jerman. Diantara sekian banyak karyanya yang ditulis, adalah antara lain :
1.      Wirtschaft und Gessellschaft (Economy and Society) 1920
2.      Gessamelter Aufsatze zur Religionssoziologie (diterjemahkan Ephraim Fischoff dengan judul Sociology of Religion) 1921
3.      The Protestan Ethic and The Spiritof Capitalism 1904
4.      The Theory of Sosial and Economic Organization (terjemahan Talcott Parsons, 1947)
5.      From Max Weber; Essay in Sociology (terjemahan dan diedit H.H. Gerth and c. Wright Mills, 1946)
Max Weber berpendapat bahwa muncul dan berkembangnya kapitalisme di Eropa Barat berlangsung secara bersamaan dengan perkembangan sekte Kalvinisme dalam agama Protestan. Argumen Weber adalah sebagai berikut: ajaran kalvinisme mengharuskan umatnya untuk menjadikan dunia tempat yang makmur. Sesuatu yang hanya bias dicapai dengan kerja keras.
Menurut Weber sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan sosial. Usaha Weber untuk untuk mendefinisikan dan menjabarkan pokok bahasan sosiologi banyak diikuti oleh sejumlah besar ahli sosiologi masa kini.

KARL MARX
            Dalam tulisan Karl Marx mengenai sejarah  perkembangan masya­rakat, yaitu sejarah kemanusiaan yang berubah dari satu formasi sosial ekonomi ke formasi yang lebih baru. Dimana didalamnya terjadi lompatan lompatan yang cukup revolusioner, berikut ini tahap-tahap  perkembangan sejarah kemanusiaan:
Pertama, masyarakat komunal primitif yaitu tahap masyarakat yang memakai alat-alat bekerja yang sifatnya sangat sederhana. Kedua, masyarakat perbudakan (slavery), ter­cipta berkat hubungan produksi antara orang-­orang yang memiliki alat-alat produksi dengan orang yang hanya memiliki tenaga kerja. Ketiga, masyarakat feodal  tingkat perkembangan masyarakat feodal bermula setelah runtuhnya masyarakat per­budakan. Masyarakat baru ini ditandai dengan pertentangan yang muncul di dalamnya.Keempat, masyarakat kapitalis, seperti telah disebutkan menghendaki kebebasan dalam mekanisme perekonomian. yang kepentingannya saling bertentangan, kelas proletar dan kelas borjuis yang mewakili kaum kapitalis pemilik alat produksi. Kelima, masyarakat sosialis - yang dipahami sebagai formulasi terakhir dari lima tahap per­kembangan sejarah Marx, adalah masyarakat dengan sistem pemilikan produksi yang disandar­kan atas hak milik sosial (social ownership). Hubung­an produksi merupakan jalinan kerjasama dan saling membantu dari kaum buruh yang berhasil melepaskan diri dari eksploitasi. Perbedaan mendasar dengan tahap-tahap perkembangan sejarah masyarakat sebelumnya adalah, dalam masyarakat sosialis alat-alat produksi merupakan hasil olahan dari kebudayaan manusia yang lebih tinggi.

































2.      
Jacobs dan Fuller (1973), mengidentifikasi empat agen utama sosialisasi, yaitu:

(1)   Keluarga
Keluarga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi manusia karena keluarga mempakan kelompok primer yang selalu tatap muka diantara anggotanya, sehingga dapat selalu mengikuti perkembangan anggota-anggotanya, orang tua mempunyai kondisi yang tinggi untuk mendidik anak-anaknya sehingga menimbulkan hubungan emosional yang kuat dalam proses sosialisasi dan adanya hubungan sosial yang tetap. Peran sosialisasi dalam keluarga rnempunyai fungsi dominan dalam pembentukan keperibadian anak 3 . Keluarga adalah ling bagi setiap lingkungan yang pertama dan utama bagi setiap individu. Dalam hal ini peran orang tua :
         Memberikan pengawasan dan pengendalian yang sewajarnya dengan tujuan agar jiwa anak tidak merasa tertekan.
         Mendorong agar anak bisa membedakan anatar perilaku yang baik dan buruk dan benar salah serta pantas dan tidak pantas dilakukan.
         Menjadi teladan dan memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya.

(2) Kelompok Bermain / teman sebaya
Agen sosialisasi bagi anak setelah keluarga adalah teman atau kelompok bermain yang dalam istilah sosiologi disebut peer group. Kelopok bermain pada usia anak--anak- meliputi teman-­teman,  tetangga, keluarga, dan kerabat yang sebaya dengannya. Dalam kelompok ini seorang anak mulai belajar aturan-aturan yang belum tentu sama dengan kebiasaan yang dilakukannya di dalam kelaurga. la dituntut untuk menghargai hak orang lain, toleran terhadap teman, serta  memainkan suatu peran tertentu. Adapun peranan positif kelompok bermain sebagai berikut :
     Anak merasa aman dan nyaman karena dianggap penting dalam kelompoknya..
     Kelompok persahabatan dapat mengembangkan sikap kemandirian remaja dengan baik
        Remaja dapat tempat yang baik untuk menyalurkan rasa kecewa, khawatir, takut, gembira, dan sebagainya yang mungkin tidak didapatkan dirumah.
        Remaja dapat mengembangkan keterampilan sosial yang mungkin berguna bagikehidupannya kelak melalui interaksi dalam kelompoknya.
        Kelompok persahabatan biasanya memiliki pola perilaku dan kaidah-kaidah tertentu yang dapat mendorong remaja untuk bersikap   lebih dewasa.
     Setiap anggota kelompok dapat mengembangkan keterampilan berorganisasi.

(3) Lembaga pendidikan / Sekolah
Sekolah merupakan salah satu agen sosialisasi di dalam sistem pendidikan formal. Seseorang akan mempelajari hal-ahal yang baru yang belum pernah dipelajarinya di dalam keluarga maupun kelompok bermain melalui sekolah. Di lingkungan rumah, seorang anakmenghargai. Dalam lembaga pendidikan sekolah seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalise, dan kekhasan (specificity) bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa  tanggung jawab. Sekolah sebagai agen sosialisasi dapat mempengaruhi perkembangan intelektual, disamping itu juga mempengaruhi perkembangan kepribadian.
Sekolah sangat berperan untuk mengantarkan para pelajar agar menjadi dirinya sendiri dengan baik. Untuk itu sekolah mengemban beberapa fungsi seperti:
a.       Mengembangkan potensi para pelajar agar memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan dalam kehidupannya kelak.
b.      Mewariskan dan mengembangkan nilai-nilai kebudayaan yang telah terbina secara tradisional sehingga akan tetap terjaga kelestariannya.
c.       Membina para pelajar untuk menjadi warga negara yang baik, berjiwa demokratis, berwawasan kebangsaan.
d.      Membina para pelajar untuk menjadi manusia-manusia yang berjiwa religius, yakni manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Proses pendidikan yang diselenggarakan di sekolah akan berhasil secara maksimal apabila didukung oleh proses pendidikan yang berlangsung di dalam keluarga dan di masyarakat. Keluarga, masyarakat, dan sekolah merupakan tiga pusat pendidikan atau dikenal dengan istilah Tri Pusat Pendidikan yang sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan kepribadian seseorang.

(4) Peran media massa
Para ilmuwan sosial telah banyak membuktikan bahwa pesan-pesan yang disampaikan melalui media massa (televisi, radio, film, internet, surat kabar, makalah, buku, dst.)
memberikan pengaruh bagi perkembangan diri seseorang, terutama anak-anak. Beberapa hasil penelian menyatakan bahwa sebagaian besar waktu anak-anak dan remaja dihabiskan untuk menonton televisi, bermain game online dan berkomunikasi melalui internet, seperti yahoo messenger, google talk, friendster, facebook, dll.
Diakui oleh banyak pihak bahwa media massa telah berperan dalam proses homogenisasi, bahwa akhirnya masyarakat dari berbagai belahan dunia memiliki struktur dan kecenderungan cara hidup yang sama.

[sumber : dikutip secara bebas dari tulisan Hasan Mustafa dalam




3.      
a.  Sosialisasi Primer
Menurut Peter L. Berger dan Luckman menyatakan bahwa sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang dijalani individu dari masa anak-anak (kecil) melalui belajar  menjadi anggota masyarakat (keluarga). Proses sosialisasi primer berlangsung pada anak berusia 1-5 tahun ketika anak tersebut belum memasuki lingkungan pendidikan formal di sekolah. Pada tahap berlangsungnya sosialisasi primer peran orang-orang terdekat anak menjadi sangat panting, hal tersebut terjadi karena anak melakukan poly interaksi terbatas dalam komunitas tersebut, sehingga warna kepribadian anak akan banyak ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjalin antara si anak dengan orang-orang yang terdekat. Sosialisasi primer bukan hanya sekedar proses awal berlangsungnya sosialisasi, namun Iebih dari itu adalah dasar pembentukan karakter dan karakter anak.

b. Sosialisasi sekunder
sosialisasi ini merupakan proses sosialisasi lanjutan dari sosialisasi primer dalam rangka memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Terdapatnya dua bentuk sosialisasi sekunder yaitu :
a.       Resosialisasi yaitu proses sosialisasi di mana seseorang mendapat suatu
identitas diri yang baru.
b.       Desosialisasi yaitu proses sosialisasi di mana seseorang mengalami pencabutan identitas diri yang telah dimiliki.
Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja.

c. Pola-pola sosialisasi (pola-pola yang digunakan dalam proses sosialisasi)
(1) Sosialisasi represif, menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak pada orangtua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orangtua, dan peran keluarga sebagai significant other.
(2) Sosialisasi partisipatoris, merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berperilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan, yang menjadi pusat sosialisai adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.



























4.      
a.Teori differential association (Edwin H. Sutherland)
Teori penyimpangan yang bersumber pada differential association – pergaulan yang berbeda. Penyimpangan dipelajari melalui proses alih budaya (cultural transmission). Melalui proses belajar ini, seseorang mempelajari suatu deviant subculture --  suatu subkebudayaan menyimpang. Contoh yang diajukan Sutherland ialah proses menghisap ganja, tetapi proses yang sama berlaku pula dalam mempelajari beraneka jenis perilaku menyimpang lainnya.

b.Teori Labelling (Edwin M. Lemert)
           
Teori penyimpangan yang mengatakan bahwa seseorang menjadi penyimpang karena proses labeling -- pemberian julukan, cap, etiket, merk oleh masyarakat kepadanya. Mula-mula seseorang melakukan suatu penyimpangan (penyimpangan primer). Akibat dilakukannya penyimpangan tersebut – misalnya pencurian – si penyimpang lalu diberi cap penipu. Sebagai tanggapan terhadap pemberian cap oleh orang lain maka si pelaku penyimpangan primer kemudian mendefinisikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi perbuatan menyimpangnya – melakukan penyimpangan sekunder – sehingga mulai menganut suatu gaya hidup yang menyimpang yang menghasilkan suatu karier menyimpang.

c. Teori Merton
Menurut argumen Merton struktur sosial tidak hanya menghasilkan perilaku konformis, tetapi menghasilkan pula perilaku menyimpang; struktur sosial menciptakan keadaan  yang menghasilkan pelanggaran terhadap aturan sosial; menekan orang-orang tertentu ke arah perilaku nonkonform.
            Merton mengidentifikasi lima tipe cara adaptasi individu terhadap situasi tertentu, yaitu conformity, innovation, ritualism, retreatism,  dan rebellion.

·        Conformity : cara adaptasi individu dalam mana perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat, dan mengikuti cara yang ditentukan masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut.
·        Innovation : pola adaptasi dalam mana perilaku individu mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat tetapi memakai cara yang dilarang oleh masyarakat.
·        Ritualism : pola adpatasi di mana  perilaku individu telah meninggalkan tujuan budaya namun masih tetap berpegang pada cara-cara yang telah digariskan masyarakat.
·        Retreatism : pola adaptasi dalam mana perilaku individu tidak mengikuti tujuan budaya dan juga tidak mengikuti cara untuk meraih tujuan budaya.
·        Rebellion : pola adaptasi di mana individu tidak lagi mengakui struktur sosial yang ada dan berupaya menciptakan suatu struktur sosial yang lain.




















5.      Light, Keller dan Calhoun (1989) membedakan berbagai tipe kejahatan. Tipe – tipe yang mereka rinci ialah :
·        kejahatan tanpa korban (crimes without victims)
tidak semua kejahatan mengakibatkan penderitaan pada korban sebagai akibat tindak pidana oleh orang lain. Contohnya berjudi, mabuk-mabukkan dan hubungan seks diluar nikah.
·        kejahatan yang diorganisasi (organized crime)
komplotan berkesinambungan untuk memperoleh uang atau kekuasaan dengan jalan menghindari hokum melalui penyebaran rasa takut atau korupsi.
·        kejahatan oleh orang terpandang dan berstatus tinggi (white-collar crime)
kejahatan yang dilakukan oleh orang terpandang atau orang berstatus tinggi dalam rangka pekerjaannya. Contoh penghindaran pajak, penggelapan uang perusahaan, penipuan melalui undian.
·        kejahatan yang dilakukan atas nama perusahaan yaitu tindak pidana korporasi (corporate crime).
Kejahatan yang dilakukan atas nama organisasi formal dengan tujuan menaikkan keuntungan atau menekan kerugian. Contohnya tidak memberikan fasilitas kesehatan yang memadai untuk karyawan.






[sumber : http://blackkamjong.blogspot.com/2012/07/makalah-perilaku-menyimpang-sosiologi.html]





6.      
Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar sekumpulan manusia bisa dikatakan / disebut sebagai masyarakat.

1.Ada sistem tindakan utama.
Misalnya sistem pemerintahan, atau bila di ruang lingkup kecil berupa RT dan RW.

2. Saling setia pada sistem tindakan utama.
Antara yang mengatur dan diatur hasil saling kompak dan melengkapi, tidak membuat sistem sendiri.

3. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.
Maksudnya adalah hidup dari suatu kelompok itu lama, dan tidak terpecah meskipun seseorang yang mengatur sudah tidak ada.
4. Sebagian ata
u seluruh anggota baru didapat dari kelahiran / reproduksi manusia.
Maksud dari pernyataan tersebut adalah anggota tersebut berkembang dan bereproduksi sehingga menghasilkan individu baru sebagai penerus individu lama.











7.       
Interaksi sosial terjadi karena adanya sifat dasar manusia yang merupakan makhluk sosial yang selalu ingin berhubungan dan didasari oleh kebutuhan manusia yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Berdasarkan hal tersebut maka interaksi sosial ini terjadi.Dalam pendekatan interaksi sosial dapat terjadi dengan beberapa cara salah satunya adalah pendekatan interaksionisme simbolis.Pendekatan ini bersumber pada pemikiran Mead. Symbol merupakan sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh orang yang mempergunakannya. Makna atau nilai tersebut hanya dapat ditangkap melalui cara-cara non-sensoris.
Menurut Blumer pokok pikiran interaksionisme ada tiga: manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dipunyai sesuatu tersebut baginya, makna yang dipunyai tersebut berasal atau muncul dari hasil interaksi sosial antara seseorang dengan sesamanya, dan makna diperlakukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran, yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya.















8.      
Pengendalian sosial adalah suatu cara atau proses yang bersifat memdidik, mengarahkan,  mengajak bahkan kadang memaksa setiap warga masyarakat untuk mematuhi segala aturan yang ada di masyarakat sehingga tercipta kondisi masyarakat yang aman, tentram, dan damai.
Ada sejumlah teknik yang lazim digunakan dalam pengendalian sosial diantaranya yaitu:
1.      Cemoohan
Cemoohan atau ejekan dirasa sangat menyakitkan bagi orang yang menerimanya, bahkan bisa lebih kejam dari hukum penjara. Cemoohan yang dilakukan masyarakat dapat membuat orang yang melakukan penyimpangan  menyadari kesalahannya  dan kembali mematuhi nilai dan norma yang berlaku.
2.      Desas-desus (gosip)
Gosip atau desas-desus ini merupakan berita yang disebarkan secara cepat, baik melalui media massa atau dari mulut ke mulut.Tujuan dari desas-desus adalah membuat orang sadar akan perbuatan nya dan kembali mematuhi nilai dan norma yang berlaku. Merupakan kabar burung atau kabar angin yang kebenarannya sulit dipercaya, Namun dalam masyarakat pengendalian sosial ini sering terjadi.
3.      Teguran
Merupakan peringatan yang ditujukan pada pelaku pelanggaran. Teguran dapat dilakukan dengan perkataan secara langsung atau tidak langsung melalui tulisan, seseorang dapat menyadari kesalaha nya dan segera memperbaiki dirinya.
4.        Intimidasi
Intimidasi, yaitu cara paksaan atau menaut-nakuti. Intimidasi bisa dilakukan dengan ancaman kejiwaan(psikologis) sehingga orang akan menjadi takut untuk melakukan penyimpangan terhadap nilai dan norma yang berlaku.
5.      Hukuman (punishment)
Adalah sanksi negatif yang diberikan kepada pelaku pelanggaran baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Pada lembaga formal diberikan oleh pengadilan. Sedangkan pada lembaga non formal oleh lembaga Adat. Hukuman adalah bentuk pengendalian sosial yang berupa sanksi . Hukuman di anggap sebagai alat pengendali sosial yang di anggap paling ampuh. Dengan sanksi yang tegas berupa suatu penderitaan secara fisik maupun denda bagi pelaku penyimpangan maka masyarakat akan mematuhi nilai-nilai atau norma yang berlaku.
6.      Pendidikan
Pendidikan yang dilakukan dalam sekolah atau pun di luar sekolah merupakan salah satu cara pengendalian sosial yang melembaga di masyarakat. Dengan pendidikan, masyarakat di bimbing untu mematuhi norma-norma masyarakat sehingga mereka tidak melakukan prilaku penyimpangan. Pendidikan membimbing seseorang agar menjadi manusia yang bertanggung jawab dan berguna bagi agama, nusa, dan bangsanya. Seseorang yang memiliki prestasi tertentu di dunia pendidikan akan merasa segan serta enggan apabila melakukan perbuatan yang tidak pantas atau menyimpang.
7.      Agama
Agama adalah merupakan salah satu alat pengendalian sosial yang sangat ampuh. Agama memberikan pedoman kepada stiap pemeluknya tentang perbuatan-perbuatan yang diperbolehkan dan perbuatan yang menjadi larangan.Seseorang yang telah menanam kan suatu keyakina kuat(iman) dalam agamannya dengan kuat (takwa), tidak akan melakukan prilaku yang menyimpang. Merupakan pedoman hidup untuk meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebagai pemeluk agama, seseorang harus menjalankan kewajiban dan menjauhi larangan.
8.      Kekerasan fisik
Kekerasan Fisik cukup berperan dalam mengendalikan prilaku seseorang, misalnya dengan cara memukul. Kekerasan fisik biasanya mencerminkan ketidaksabaran seseorang dalam menangani masalah penyimpangan. Kekerasan fisik biasa saja dijalankan sebagai alternatif terakhir dari pengendalian sosial, apabila alternatif lain sudah mengalami kegagalan. Namun, pada banyak kejadian, perlakuan ini terjadi tanpa melalui bentuk pengendalian sosial lain terlebih dahulu.
9. Ostrasisme
 Ostrasisme,yaitu keadaan dimana orang boleh bekerja sama atau membiarkannya hidup dan bekerja dalam kelompok tersebut,tetapi tak seorang pun yang mau berbicara dengan nya,bahkan menegurpun tidak. Orang yang menerima Ostrasisme pasti merasa tidak enak dan menderita karena tidak seorang pun mau menegur atau berbicara pada nya.Dengan adanya Ostrasisme tersebut akhirnya seseorang dapat sadar dan mematuhi nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat.




























9.      Sosiologi mengatur interaksi manusia, terutama dalam ruang, waktu dan gerak tubuh.
Bagaimana hubungan antara tindakan sosial dengan interaksi sosial? Merujuk pada pengertian tindakan sosial dan interaksi sosial yang telah kita bahas di muka memperlihatkan dengan jelas bahwa di antara keduanya mempunyai hubungan yang tidak terpisahkan. Tindakan sosial adalah perbuatan yang dipengaruhi oleh orang lain untuk mencapai tujuan dan maksud tertentu, sedangkan interaksi sosial adalah hubungan yang terjadi sebagai akibat dari tindakan individu-individu dalam masyarakat.Tidak semua tindakan yang dilakukan oleh manusia dikatakan sebagai interaksi sosial. Misalnya tabrakan yang terjadi di jalan raya. Tabrakan itu bukan merupakan interaksi sosial karena tidak ada aksi dan reaksi. Namun apabila setelah terjadinya tabrakan itu mereka saling menolong atau justru saling berkelahi, maka tindakan itu menjadi interaksi sosial. Mengapa? Karena terjadi hubungan timbal balik yang disebabkan oleh adanya tindakan (aksi) dan tanggapan (reaksi) antara dua pihak. Tanpa tindakan, tidak mungkin ada hubungan. Jadi, tindakan merupakan syarat mutlak terbentuknya hubungan timbal balik atau interaksi sosial.
Oleh karena itu, semua kegiatan interaksi manusia tanpa kita sadari telah mengikuti semua aturan sosiologi. Gerak tubuh kita secara alamiah telah mengikuti teori-teori sosiologi.












10.
Dari Berjumpa Sampai Berpisah
Mark L. Knapp membahas berbagai tahap yang dapat dicapai dalam interaksi. Tahap interaksi yang disebutkannya dapat kita bagi dalam dua kelompok besar. Tahap yang mendekatkan peserta interaksi, dan tahap yang menjauhkan mereka. Tahap yang mendekatkan dirinci menjadi tahap memulai (initiating), menjajaki (experimenting), meningkatkan (intensifying) dan mempertalikan (bonding).
Tahap dalam proses peregangan hubungan pun dirinci Knapp. Menurutnya tahap tersebut ialah membeda-bedakan (differentiating), membatasi (circumsribing), memacetkan (stagnating), menghindari (avoiding), dam memutuskan (terminating).
Suatu hal yang perlu dikemukakan pula ialah bahwa Knapp menvisualisasikan tahap interaksi laksana jenjang-jenjang pada anak tangga. Kita dapat bergerak terus ke atas sampai mencapai puncak anak tangga (pertalian), kita dapat bergerak terus ke bawah sampai anak tangga terendah (pemutusan hubungan). Namun kita dapat pula berhenti di satu anak tangga tanpa bergerak ke atas maupun ke bawah. Jadi riwayat suatu hubungan, menurut Knapp, laksana riwayat hidup manusia: mengalami tahap kelahiran, masa remaja, masa dewasa, masa pudar, dan kematian.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar