Tampilkan postingan dengan label creepypasta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label creepypasta. Tampilkan semua postingan

Juni 14, 2015

Cosmetic Sesame



Cosmetic Sesame
(Source : Urban Legend Asia, via: Facebook Creepypasta Indonesia)

Cosmetic Sesame sendiri merupakan urban legend berasal dari Korea Selatan yang bercerita tentang seorang wanita yang sangat bergantung pada perawatan kecantikan agar penampilannya tetap terjaga. Segala cara apapun akan ia lakukan demi membuat wajah dan kulitnya jadi makin cantik dari hari ke hari.

Hingga suatu saat ia menemukan teknik perawatan kecantikan dengan metode biji wijen. Ia pun yakin bahwa kulitnya akan menjadi lebih mulus dari pada sebelumnya. Namun, segala harapan yang sudah diyakininya
justru hancur berkeping-keping. Kulit yang tadinya mulus berubah menjadi memerah dan tumbuh luka-luka hitam menonjol yang nampak seperti biji wijen.

Melihat kondisi tubuhnya yang menyeramkan, ia pun menjadi gila. Ia pun ditemukan Sang ibu duduk memojok di sudut kamar mandi dan mencoba melepas satu persatu biji wijen yang menodai kulitnya hingga
akhirnya ia mati.

*plot twist : Masih berani pakai produk kecantikan yang aneh-aneh?:v

I'M SORRY MOMMY


I’m Sorry Mommy
source: Facebook Creepypasta Indonesia

Suatu malam, seorang wanita sedang duduk di sofa, membaca koran. Saat itu dia melihat anaknya yang berumur 6 tahun turun dari tangga, masih menggunakan piyama.

“Ada apa, sayang?” Tanyanya.

“Aku mengalami mimpi buruk.” Jawab anaknya.

“Yah, kau aman sekarang.” Kata wanita itu.

“Aku bermimpi aku sedang di tempat tidurku dan aku mendengar suara di kamar Ayah.” Cerita
anaknya. “Saat aku melihat, ada sesuatu berwarna hitam yang mempunyai mata berwarna putih. Mereka datang dari lemari dan menyerang Ayah.”

“Jangan khawatir.” Kata wanita itu menenangkan. Lalu dia memeluk anaknya. “Itu hanya mimpi. Tidak akan terjadi.”

Anaknya melanjutkan. “ Mereka memotongnya menjadi bagian-bagian yang kecil lalu memakan semuanya, dan setelah itu mereka menjilat darah yang tercecer di lantai. Aku pikir jika aku lari aku tidak akan tertangkap, tapi mereka menangkapku dan akan memakanku juga, tapi mereka akan berhenti dan mereka tidak akan memakanku jika aku berjanji untuk….”

“Apa?” Tanya ibunya.

“Berjanji untuk….”

“Ayolah, kau boleh memberi tahuku apa saja. Berjanji untuk apa?”

“……berjanji untuk mengalihkan perhatianmu jika mereka di belakangmu. Aku minta maaf, Ibu….”

Wanita itu lalu mendengar suara lantai kayu berderit di belakangnya dan rambut di belakang lehernya berdiri.

SPOOK LIGHT HILL



sumber: Facebook Creepypasta Indonesia

Spook Light Hill adalah sebuah daerah diantara Joplin, Missouri, dan Hornet. berikut adalah kisah nyata tentang cahaya aneh yang kerap kali muncul disana serta asal muasal tempat tersebut diberi nama sedemikian rupa.

***
Disuatu malam yang gelap dibawah guyuran hujan, seorang anak petani sedang dalam perjalanan pulang kerumah dari kota. ia sedang melewati jalur berbukit didekat tempat tinggalnya dan memacu mobilnya lebih cepat. dikarenakan jalanan yang licin dan ketidakmahirannya dalam menyetir, mobilnya mulai tergelincir dan
menghantam sebuah pohon besar. sayangnya si anak gadis tidak memakai sabuk pengaman dan dampak benturan menyebabkan tubuhnya terlempar ke kaca depan mobil. beberapa orang polisi kemudian datang dan menemukan sesuatu yang mengerikan, mereka mencoba menyelamatkannya namun mendapati si gadis telah meninggal. lehernya terjepit oleh kaca depan dan kepalanya terpenggal. mereka tak dapat menemukan kepalanya yang putus dimanapun.

polisi terus mencari disekitar sana dengan senter. tapi karena keadaan begitu gelap, mereka memutuskan untuk menunggu hingga fajar tiba untuk melakukan pencarian lebih jauh. mereka menyampaikan kabar duka ini kepada ayahnya yang kemudian jatuh pingsan. keesokan harinya, sang ayah yang masih bersedih datang ke tempat kejadian untuk membantu menemukan kepala anaknya. tapi mereka tak mendapati apapun. mereka bilang sang aya mengubur mayat anak gadisnya dengan tanpa kepala di sebuah pemakaman yang tertutup.

bertahun-tahun setelahnya, si ayah tetap enggan untuk menyerah menemukan kepala anaknya yang hilang. setiap hari, ia akan menyusuri hutan dengan perih dihatinya, saat malam tiba, ia akan kembali kejalanan dengan lentera ditangan, berharap untuk menemukan jejak kepala anak gadisnya. namun setiap usahanya berakhir sia-sia.

sang ayah kehilangan semua gairah hidupnya, ia membiarkan peternakan miliknya bangkrut, ia tak dapat makan, tak pernah tidur dengan tenang sampai menemukan kepala anaknya. kesehatannya makin menurun dan ia meninggal tak lama kemudian.

sejak saat itu, penduduk disekitar sana mengaku sering melihat cahaya dari lentera si ayah diwaktu malam, mereka bilang arwahnya masih berkeliaran di kegelapan Spook Light Hill, berjalan kesana-kemari, terus mencoba menemukan kepala anak gadisnya yang hilang

Juni 13, 2015

A Story to Scare My Son



sumber: facebook Creepypasta Indonesia

“Nak, kita harus bicara mengenai keamanan dalam berinternet.”

Perlahan, aku beringsut turun ke lantai menuju sebelahnya. Laptopnya terbuka dan dia sedang bermain Minecraft di sebuah server publik. Matanya terpaku pada aksi di layar. Komen-komen terus bergerak pada bagian pinggir layar di kotak obrolan.

“Nak, bisa berhenti sebentaaar saja?”

Dia keluar dari dunia permainan, menutup laptop, dan menatapku.

“Apakah ini akan jadi cerita seram payah yang lainnya, Ayah?”

“Apaaa?”

Aku berlagak tersinggung selama beberapa detik, dan kemudian meringis ke arahnya,

“Ayah pikir, kau suka cerita yang mengingatkan agar selalu waspada?”

Dia tumbuh dengan mendengarkan cerita-cerita tentang anak-anak yang berjumpa dengan penyihir, hantu, manusia serigala, atau troll. Seperti banyak orangtua lain, aku menggunakan cerita seram untuk menyisipkan moral dan mengajarkan betapa pentingnya untuk selalu waspada. Orangtua tunggal sepertiku, harus menggunakan segala macam cara demi kepentingan anaknya. Dia cemberut sedikit,

“cerita-cerita itu asyik saat umurku enam tahun. Tapi aku sekarang sudah besar, semua itu sudah
tak bikin aku takut lagi. Malah kedengaran konyol. Jika Ayah mau bercerita tentang internet, bisakah Ayah
membuatnya menjadi benar-benar menyeramkan?!”

Aku mengangkat sebelah alisku dan memasang mimik wajah ragu. Dia melipat tangannya,

“Ayah, aku sudah sepuluh tahun. Aku pasti bisa tahan!”

"Hmm … baiklah ... Ayah akan coba."

Aku kemudian memulainya,
“Pada suatu masa, hiduplah bocah bernama Colby ….”

Ekspresi anakku menandakan dia tak terkesan atas pembuka cerita. Dia mendesah panjang dan menyiapkan diri untuk mendengar satu lagi cerita payah dariku. Kulanjutkan kemudian …

“Colby suka online dan kerap mengunjungi beberapa website untuk anak-anak. Tidak lama kemudian, dia mulai berbincang dengan anak-anak lain di game online serta di kolom pesan dan obrolan. Dia berteman dengan anak berumur sepuluh tahun lainnya bernama Helper23. Nampaknya mereka punya kesamaan
untuk menyukai game dan hal-hal lainnya. Mereka tertawa atas banyolan yang saling mereka lontarkan. Kemudian, mereka menjajal game baru bersama- sama.

“Setelah berteman selama beberapa bulan, Colby memberi Helper23 enam buah berlian di game yang mereka mainkan. Ini merupakan hadiah yang sungguh murah hati. Ulang tahun Colby akan segera
datang, dan sebagai balasannya, Helper23 ingin memberikan hadiah yang keren di kehidupan nyata. Colby berpikir bahwa bukan masalah besar untuk memberikan alamat rumahnya pada Helper23, asalkan Helper23 berjanji tidak memberitahukannya pada orang asing atau orang dewasa. Helper23 berjanji tidak akan mengatakannya pada siapa pun, bahkan kepada orangtuanya sekalipun. Helper23 berkata akan mengirimkan hadiahnya lewat paket.”

Aku berhenti sejenak dan bertanya pada putraku,

“Apa kau pikir hal itu merupakan ide bagus?”

“Tidak!” jawabnya sambil menggelengkan kepala dengan tegas.

Tanpa putraku sadari, nampaknya dia mulai larut dalam cerita. Kulanjutkan lagi ceritaku.

“Nampaknya, Colby juga merasakan hal yang sama. Colby merasa bersalah karena telah memberi tahu alamat rumahnya, dan rasa bersalah itu semakin bertambah seiring bertambahnya waktu. Saat dia mengenakan piyama keesokan malamnya, rasa bersalah dan takut semakin tak tertahankan. Dia memutuskan untuk mengakui perbuatannya pada orangtuanya. Hukumannya pasti akan berat, namun Colby berpikir bahwa dia memang layak menanggungnya. Dia meringkuk di kamar dan menunggu orangtuanya masuk untuk mengucapkan selamat malam.”

Putraku tahu bahwa bagian menyeramkan akan segera datang. Walau sebelumnya dia bersikap sok berani, bahasa tubuhnya mengatakan sebaliknya; dia menyondongkan tubuh ke depan dengan mata membelalak. Kulanjutkan ceritaku dengan suara pelan dan hati-hati.

“Colby mendengar suara-suara ganjil dari dalam rumah. Mesin cuci seperti berdebum dari ruang laundry. Cabang-cabang pohon berderak menggesek dinding rumah. Adiknya yang masih bayi menggumam pelan dari boksnya. Dan ada suara lain yang tidak bisa ia … jelaskan. Akhirnya, Colby mendengar suara langkah kaki ayahnya di lorong. ‘Ayah,’ panggilnya gugup. ‘Ada yang mau kukatakan.’

“Ayahnya melongok lewat pintu kamar dengan posisi ganjil. Dalam kegelapan, bibirnya nampak tidak bergerak sedikit pun dan penampilan matanya jelas menunjukan ada sesuatu yang tidak beres. ‘Ya, Nak.’ Suara yang muncul juga terdengar aneh. ‘Kau tidak apa-apa, Ayah?’ tanya Colby. ‘Uh-uh’ tukas
ayahnya dengan suara yang seperti dibuat-buat. Colby menarik selimutnya, dan kemudian bertanya lagi.

‘Ummm, Ibu ada?’ “’Ibu di sini!’ Kepala ibunya melongok dari balik pintu tepat di bawah ayah. Suaranya terdengar sangat sengau. ‘Apa kau hendak mengatakan pada kami bahwa kau telah memberi alamat rumah kita pada Helper23? Kau seharusnya tidak melakukan hal itu! Kami selalu mengingatkan jangan sampai
menyebarkan informasi pribadi di internet!’

“Ibunya melanjutkan, ‘dia bukan anak- anak! Dia cuma berpura-pura. Apa kau tahu yang telah dilakukannya? Dia datang ke rumah kita, menyelinap masuk, dan membunuh kami berdua! Sehingga dia
bisa meluangkan waktu denganmu setelahnya!’

“Seorang pria gendut dalam balutan jaket basah muncul di depan pintu kamar Colby, di kedua tangannya adalah dua kepala ayah dan ibu Colby. Colby menjerit dan meloncat dari ranjang saat pria itu menjatuhkan kepala-kepala itu. Kemudian, pria itu menghunus pisau dan masuk untuk menyiksa Colby.”

Saat sampai di sini, putraku menjerit juga akhirnya. Dia menekuk tangannya di depan wajah seperti hendak berlindung dari sesuatu. Namun, aku baru saja hendak masuk pada bagian penting dari cerita.

“Beberapa jam berlalu, dan Colby sudah nyaris tewas. Jeritannya berganti dengan ringkikan lemah. Si pembunuh menyadari ada bayi di kamar sebelah, kemudian, dia mengalihkan pisaunya dari Colby. Hal ini merupakan sesuatu yang spesial. Dia tidak pernah membunuh bayi sebelumnya, membayangkan seperti apa sensasinya, tuan pembunuh ini sudah gemetar saking girangnya. Helper23 meninggalkan Colby untuk mati kehabisan darah, dia mengikuti suara tangis yang muncul di rumah yang sekarang sudah seperti rumah jagal.

“Di kamar bayi, dia mendekati keranjang bayi, mengangkat si bayi, dan menggendongnya. Dia berjalan menuju meja ganti agar bisa melihat dengan lebih jelas. Namun saat menggendongnya, tangis bayi itu mereda tiba-tiba saja. Si bayi menatap pria itu dan menyunggingkan senyum. Helper23 tak pernah menggendong bayi sebelumnya, namun dengan lembut, dia mengayun- ayun layaknya seorang ayah tulen. Dia mengelap tangannya yang berdarah pada selimut sehingga bisa membelai pipi montok si bayi. ‘Halo, sobat kecil.’
Suaranya yang sebelumnya penuh amarah dan sadis, kini terdengar lembut dan hangat.

“Dia berjalan keluar dari kamar, membawa bayi itu pulang, menamainya William, dan menganggap serta
menyayanginya layaknya putranya sendiri.”

Setelah selesai bercerita, putraku nampak terguncang dan gemetaran. Di antara nafasnya yang tersengal dan marah, dia bicara tergagap, “t-tapi, A-ayah. Na- namaku William.” Aku mengedipkan sebelah mata padanya
dan mengacak rambutnya.

“Tentu saja, Nak.”

William berlari ke lantai atas menuju kamarnya sambil terisak marah. Namun jauh di lubuk hatinya … kupikir dia suka ceritaku.

Juni 07, 2015

Korean Girl

sumber: facebook creepypasta indonesia



seorang gadis berumur 11 tahun bernama Yumi tinggal bersama ayah dan ibunya di sebuah desa kecil di Korea. suatu hari, ia sedang dalam perjalanan pulang kerumah dari sekolah. jarakdari sekolah kerumah Yumi cukup jauh dan ia harus menempuhnya dengan berjalan kaki, ketika sampai di rumah, Yumi merasa sangat kehausan. Yumi pergi kedapur untuk minum dan ia mengambil gelas dari meja. tiba-tiba, ia menghentikan langkahnya. dipojok dapur, ia melihat mayat ibunya tergeletak.Yumi menjatuhkan gelasnya kelantai dan berteriak ketakutan. saat itu juga, sang ayah berlari menghampirinya. "Yumi, tolong tenang dan dengarkan Ayah baik-baik" dia bilang "ibumu berencana untuk pergi dan meninggalkan kita. dia akan menikah dengan pria lain, aku sudah mencoba sebisaku untuk mencegahnya, kubilang padanya kau akan bersedih jika dia pergi, tapi dia tidak mau mendengarkan.. kami kemudian bertengkar.. semua terjadi begitu cepat.. ia jatuh dan kepalanya terantuk.. aku sungguh minta maaf" Ayahnya kemudian duduk dimeja dapur, menutupi wajah dengan tangannya dan mulai terisak. Yumi tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi di hidupnya, ia ingin menangis, namun tetap berusaha untuk tegar. ia harus tenang, ia harus berfikir. apa yang terjadi jika ayahnya dipenjara ? Yumi tidak punya keluarga lagi. ia masih berumur 11 tahun dan mereka mungkin akan mengirimnya ke panti asuhan.

Yumi kini tahu apa yang harus ia lakukan, ia tak punya pilihan lain. ia memutuskan untuk tidak melaporkan ayahnya kepolisi, lagipula semua terjadi tak lain karena kecelakaan. ia menyadari bahwa mereka harus segera menyelesaikan masalah ini. Yumi mendekati ayahnya dan mengangguk; "kita harus mengubur mayatnya" kata Yumi pelan. "jika para tetangga bertanya, kita bilang pada mereka bahwa ibu melarikan diri dengan laki-laki lain". Ayah Yumi mengusap wajahnya dari airmata yang masih mengalir.

Yumi naik menuju kamarnya dilantai atas hendak mengganti baju seragam, saat ia menanggalkan bajunya, ia melihat koper miliknya tergeletak diatas ranjang. Yumi membukanya dan melihat baju-baju miliknya didalam, terlipat dengan rapi. ia menemukan selembar kertas kecil didekat sana. Yumi mengenali gaya penulisannya, itu adalah catatan dari ibu. tertulis: "Yumi, aku telah membereskan barang- barangmu, kita harus segera pergi. Ayahmu makin gila".

Stasiun Kisaragi


Sumber : https://m.facebook.com/CreepypastaIndonesia/photos/a.516337445115031.1073741828.516111181804324/718486768233430/?type=1&permPage=1

(Cerita ini diambil dari sebuah thread di 2channel (forum Jepang) pada tahun 2004.
Untuk informasi, 'Hasumi' adalah pembuat threadnya, sedangkan ' # 2ch ' adalah member-member forum 2ch dan (belum tentu orang yang sama) 

Hasumi
Mungkin ini hanya khayalanku saja... Bolehkah
aku post di sini?

#2ch
Boleh.

#2ch
Apa yang terjadi?

Hasumi
Aku sedang menaiki sebuah kereta... tapi
sepertinya ada yang aneh.

#2ch
Hmm...

Hasumi
 Aku selalu naik kereta ini kalau pergi kerja. Tapi
entah kenapa kereta ini belum berhenti ke satu
stasiun pun selama dua puluh menit. Padahal
biasanya kereta ini sampai hanya dalam waktu
lima, tujuh, atau delapan menit paling lama. Oh,
dan ada lima penumpang lain, tapi mereka semua
tidur.

#2ch
Jangan-jangan kamu salah naik kereta.

#2ch
Atau mungkin itu kereta kecepatan tinggi?

Hasumi
 Ya, mungkin saja aku kelewatan stasiunku. Coba
aku akan tunggu. Kalau ada yang aneh terjadi,
aku akan memberitahu kalian.

#2ch
Coba kamu cek konduktornya saja.

#2ch
Jangan-jangan konduktornya sedang tekena
serangan epilepsi atau sejenisnya. Coba cek
konduktornya! 

Hasumi
Belum ada tanda-tanda akan berhenti. Jadi... yah,
aku akan coba cek. Jendelanya tertutup, aku tidak bisa melihat
konduktornya. Rute ini rute kereta api di
Shizuoka.

#2ch
Coba ketuk jendelanya?

Hasumi
Aku sudah coba, tapi tidak ada jawaban.

#2ch
Bisakah kau lihat dari jendela? Nama stasiun
yang dilewati, dan lain-lain.

Hasumi
Kami melewati terowongan, jadi kecepatan sedikit
menurun. Tapi biasanya tidak ada terowongan di
sini... ini kereta dari Shin-Hamatsu.
Hasumi
Akhirnya kereta ini turun di sebuah stasiun.

#2ch
Kamu... ga akan keluar dari kereta, kan?

Hasumi
Kami berhenti di Stasiun Kisaragi. Aku bingung
mau turun atau tidak. Aku tidak pernah tahu
tempat ini sebelumnya.

#2ch
Kau harus turun.

#2ch
Tidak, tetaplah di kereta sampai perhentian
terakhir.

#2ch
Kapan kamu naik kereta itu?

Hasumi
Aku telah keluar dari kereta. Stasiunnya seperti
tak terpakai. Aku naik kereta jam 11.40.

#2ch
Aku tidak menemukan informasi apapun tentang
Stasiun Kisaragi... dan Hasumi, keretamu berjalan
lebih dari satu jam? Aneh sekali...

#2ch
Ya, aku juga tidak berhasil mendapatkan
informasi apapun soal Stasiun Kisaragi...

Hasumi
Aku sedang mencari jadwal kereta untuk pulang,
tapi aku tidak menemukannya. Keretanya masih
berhenti, mungkin lebih aman kalau aku masuk
kereta lagi... ah, ketika aku mengetik ini,
keretanya pergi.

#2ch
Apa di sana ada orang, atau ada gedung
terdekat? Hati-hati.

Hasumi
Aku akan mencari taksi di stasiun ini. Terima
kasih banyak.

#2ch
Baguslah. Hati-hati, ya.

#2ch
Kereta terakhir, stasiun yang tidak terpakai...
Patut dipertanyakan apa kau akan beruntung
mendapatkan taksi di sana.

#2ch
Dan Hasumi menjadi penghuni di dunia dua
dimensi...

Hasumi
Sama sekali tidak ada taksi di sini, hmm...

#2ch
Telepon 110? (Nomor Polisi)

#2ch
Telepon pool taksi?

#2ch
Kalau ada telepon di sekitar situ, cari nomor taksi
di buku teleponnya.

Hasumi
Aku telepon rumah minta dijemput, tapi orang
tuaku tidak tahu di mana Stasiun Kisaragi itu.
Mereka akan mencarinya di peta agar bisa kemari
menjemputku, tapi sekarang aku jadi agak takut.

#2ch
Bagaimana dengan penumpang yang lain? Apa
cuma kamu yang turun dari kereta?

#2ch
Aku mengecek di internet juga, tapi bahkan nama
'Stasiun Kisaragi' pun tak muncul. Apa aku salah
memperkirakan kalau stasiun itu dekat Shin-
Hamatsu? Aku akan coba cek di Yahoo.

Hasumi
Aku sudah mencari telepon umum, tapi tidak ada.
Dan tidak ada penumpang yang turun, jadi aku
sendirian di sini. Ya, stasiun ini benar-benar
bernama Kisaragi.

#2ch
Kadang-kadang ada telepon umum di depan
stasiun...

Hasumi
Kucermati baik-baik, kanji (tulisan Jepang) nya
adalah kanji dari 'setan', tapi dibaca Kisaragi...
[*]

#2ch
Stasiun setan...?
Hih...

#2ch
Apa kamu jangan-jangan maniak game? Aku
coba cek di google dan malah game yang keluar.

#2ch
Beritahu kami stasiun sebelum dan sesudah
Stasiun Kisaragi.

Hasumi
Maksudmu apa? Game? Aku tidak tahu stasiun
sebelum dan sesudahnya.

#2ch
Berjalan kembali menyusuri trek yang dilewati
tadi, coba.

#2ch
Kalau kamu lari, mungkin kamu akan dapat
kereta!

#2ch
Pastinya ada rumah-rumah kan di sekitar
stasiun?

Hasumi
Ya, ada. Aku tidak begitu memperhatikan saking
paniknya. Aku akan menunggu telepon orang
tuaku sambil aku menyusuri jalan yang tadi. Aku
coba mencari info tempat ini dengan 'i-mode'
tapi malah error. Aku ingin pulang!

Hasumi
Benar-benar tidak ada apapun di sekitar sini.
Yang kelihatan cuma padang rumput dan
pegunungan. Tapi mungkin aku akan berhasil bila
aku menyusuri jalan yang tadi kereta lewati.
Terima kasih banyak. Anggap saja ini lelucon
atau apapun, tapi bila ada masalah lagi, bolehkah
aku memberitahu kalian lagi?

#2ch
Tentu saja. Hati-hati di sana.

#2ch
Tentu!
Asal kamu jangan kehabisan baterai
handphonemu. Handphone mu adalah penentu
hidup atau matimu sekarang.

#2ch
Jangan tersesat. Dan hati-hati di terowongan.

#2ch
Hah? Kau bisa dapat sinyal di tempat yang tidak
jelas seperti itu?
Sepertinya kamu jangan jauh-jauh dari stasiun
itu, deh...

#2ch
Sendirian di malam yang dingin, di stasiun tanpa
pengunjung...
Lampu sebentar lagi akan mati dan akan benar-
benar gelap di sana...

#2ch
Mungkin akan lebih aman kalau kau menunggu
sampai subuh di stasiun, sih...

#2ch
Ya ampun, benar-benar terdengar buruk...

Hasumi
Ayah meneleponku, dia mempertanyakan banyak
hal, tapi dia tidak bisa menemukan tempat ini. Ia
menyuruhku menelepon 110. Sebenarnya aku gak
mau sih, tapi aku akan mencoba menghubungi
mereka dan meminta bantuan...

#2ch
Aku berpikiran bahwa kamu jangan melakukan
tindakan apa-apa dulu, tunggu sampai sedikit
terang.

#2ch
Menunggu sendirian di tengah malam, di tempat
yang menyeramkan? Hii...

Hasumi
Aku menelepon 110 dan mencoba menjelaskan
tentang situasi ini semampuku, tapi mereka pikir
aku hanya mengerjai mereka dan mereka
memarahiku. Aku jadi takut, dan meminta maaf...

#2ch
Minta maaf? Buat apa?
Mungkin kau harus menyerah hari ini.
Tunggu kereta pertama.

#2ch
Bagaimana kondisi di sekitar stasiun?
Bagaimana?

Hasumi
Aku seperti mendengar suara gebukan drum
tradisional, bercampur dengan suara lonceng dari
kejauhan. Jujur, aku sekarang tidak tahu apa
yang harus kulakukan...

#2ch
Kembalilah ke stasiun sekarang, Hasumi.
Lebih baik kembali kalau kau tersesat.

#2ch
Apa mereka sedang mengadakan festival?

Hasumi
Mungkin kau menganggapku bercanda, tapi aku
benar-benar takut untuk melihat ke belakang...
Aku ingin kembali ke stasiun, tapi berbalik saja
aku takut.

#2ch
Lari. Dan jangan lihat ke belakang.

#2ch
Kamu tidak bisa kembali ke stasiun sekarang.
Berlarilah melewati terowongan!

Hasumi
Seseorang di belakangku berteriak, "Hei! Jangan
berjalan di sini! Berbahaya!" Aku berbalik, dan
melihat kakek-kakek tua dengan satu kaki, tapi
dia menghilang. Aku sangat takut.

#2ch
Sudah kubilang jangan tengok ke belakang. LARI
SAJA!

#2ch
Tenang, dan dengarkan, OK?
Coba rasakan dari mana suara drum itu.
Seseorang memainkannya, dan itu berarti ada
orang di sana.

#2ch
^ Hei! Kamu berencana membawa Hasumi ke
mana, hah!?

#2ch
Mungkin kakek-kakek tua itu dulu mati dan
kehilangan satu kakinya karena berjalan di
lintasan kereta itu.

Hasumi
Aku tidak bisa berjalan atau berlari lebih jauh.
Suara dentuman drumnya tambah dekat.

#2ch
Tunggu subuh.
Kalau sudah terang tidak akan seram.

#2ch
Aku beruntung aku tetap di kereta...

Hasumi
Aku masih hidup. Tapi aku jatuh dan kakiku
berdarah. Heels-ku rusak, jadi aku hanya bisa
duduk di tanah. Aku belum mau mati sekarang..
.
#2ch
Akan aman kalau kau tinggalkan terowongan itu
segera. Ketika kamu keluar dari sana, segeralah
cari bantuan.

Hasumi
Aku menelepon rumah. Ayah memanggil polisi.
Tapi suara itu tambah dekat...

#2ch
Aku harap itu bukan suara kereta...
Tapi mungkin sudah terlambat...

Hasumi
Akhirnya aku hampir sampai depan terowongan.
Ternyata nama terowongan ini 'Isanuki'. Suara
itu masih terus mendekat, jadi aku akan segera
meninggalkan terowongan ini. Bila aku berhasil
meninggalkan terowongan ini dengan selamat,
aku akan post lagi.

#2ch
Semoga beruntung.

#2ch
Ini adalah akhirnya.
Lupakan tentang kereta dan stasiun.
Lupakan tentang bagaimana kembali ke stasiun
tadi.
Lupakan bahwa ada orang yang mengikutimu.
Suara yang kau dengar hanya imajinasimu
semata.
Cepat lari meninggalkan terowongan.
Bila kau berhenti, kau ditaklukan oleh hal yang
bahkan tidak ada di dunia ini.

Hasumi
Aku telah meninggalkan terowongan. Ada
seseorang di depan sana. Sepertinya nasehat
kalian memang benar. Terima kasih banyak.
Wajahku berantakan karena banyak menangis,
mungkin dia akan mengiraku monster.

#2ch
Tunggu, Hasumi!
#2ch
Berhenti! Itu berbahaya!

#2ch
Seseorang? Di malam selarut ini?
Mencurigakan...

Hasumi
Dia terlihat baik, dan turut khawatir akan situasi
yang aku alami. Ia mencarikanku kereta untuk
membawaku ke stasiun terdekat. Dan ternyata, di
dekat sini, sepertinya ada hotel. Aku benar-benar
berterima kasih, sangat berterima kasih pada
kalian semua.

#2ch
Hasumi, tolong jawab pertanyaan ini. Bisakah kau
tanya pria itu tempat apa itu?
#2ch
Apa dia benar-benar baik?
Dia terdengar menakutkan dari apa yang kau
ceritakan...

#2ch
Cowok itu tidak baik!
Ngapain dia di lintasan kereta jam segini?
Dia pasti seonggok mayat, hantu, atau apapun
itu.
Hasumi, LARI!!

Hasumi
Aku bertanya padanya ini di mana. Dan dia
bilang, 'Hina'. Terdengar sangat tidak mungkin,
sih...

#2ch
Hasumi, keluar saja dari kereta!

#2ch
Hasumi, Hina itu di mana?

Hasumi
Kami berjalan menuju arah gunung. Aku ragu
kalau ini jalan yang dilewati kereta api. Dan dia
benar-benar berhenti berbicara padaku.

#2ch
Mungkin karena kau bermain dengan
handphonemu terus?

#2ch
Hasumi, oh tidak...
Apa kau mengabari orang tuamu setelah kau
keluar dari terowongan dan menerima bantuan
dari pria itu?

#2ch
Hasumi. Telepon 110.
Mungkin ini kesempatan terakhirmu.

Hasumi
Bateraiku hampir habis. Situasi menjadi semakin aneh. Dia berbicara tentang hal-hal aneh dan menyeramkan pada dirinya sendiri. Aku menunggu waktu yang tepat untuk bertindak. Ini adalah post terakhirku untuk hari ini. Sampai jumpa.




Dan sejak itu Hasumi tidak pernah online lagi.




nb: nama stasiun di Jepang menggunakan huruf kanji, dan setiap huruf kanji memiliki cara baca yang berbeda-beda.