Maret 16, 2017

Ramen di Indonesia dan di Jepang



PENDAHULUAN
Ramen instan bagi Jepang bagaikan hamburger bagi Amerika: junk food nasional, simbol negara dan obsesi. Masyarakat Jepang mengonsumsi sekitar 5.02 milyar ramen instan di tahun 1993, atau bisa dikatakan satu orang mengonsumsi sebanyak 40.2 bungkus ramen instan dalam setahun. Cemilan yang mudah dan cepat ini bisa ditemukan tidak hanya ditempat-tempat yang bisa diprediksi seperti supermarket, konbini dan vending machine tapi juga di stadion, dalam kotak peralatan antisipasi gempa bumi, dan di laci meja kerja salary man.

Ramen instan juga merupakan pilihan bagi para turis Jepang yang tidak cocok dengan makanan lokal dan ingin rasa seperti di rumah. Salah satu dari imej yang melekat pada turis Jepang dapat dilihat pada film Torajiro no Tabiji (Perjalanan Torajiro) (1989), menceritakan tentang turis Jepang yang terdampar di negara Austria, ia mengalami culture shocked dan memakan ramen instan dari cup styrofoam di kamar hotel tempatnya menginap. Ia lebih memilih kelaparan apabila tidak ada ramen instan, yang pada dasarnya merupakan junk food bagi masyarakat Jepang, daripada ia harus memesan atau membeli makanan di negara asing.

Seperti halnya hamburger, entah bagaimana, ramen adalah produk impor yang telah menjadi produk lokal. Tempat asalnya, seperti kebanyakan dari masakan Jepang, adalah Cina. Tidak ada yang tahu kapan tepatnya ramen tiba di Jepang, tapi menurut Keiko Kosuge, seorang ahli makanan yang mengajar di Sugino Women’s College, Tokugawa Mitsukuni adalah orang Jepang pertama yang mencoba ramen, pada tahun 1665.

Kedai ramen pertama di Jepang adalah Rairai-ken, yang dibuka di Tokyo pada 1910. Sayangnya itu bukan permulaan dari ramen boom. Pasca PD II dan dampak dari pengenalan makanan cepat saji ala Amerika-lah yang membuat pabrik-pabrik mulai melirik ramen sebagai produk yang bisa dijadikan massal. Pada 1958, Nissin mengeluarkan Chicken Ramen—ramen instan pertama dalam bungkus plastik. Total produksi pada tahun itu sekitar 13 juta bungkus, orang Jepang pun ketagihan dan penjualan melonjak.

Pada 1971, Nissin mengenalkan inovasi lainnya, ramen instan dalam cup yang menawarkan kepraktisan lebih. Di tahun 1989 penjualan ramen cup mengalahkan ramen dalam bungkus plastik dan terus berlangsung selama bertahun-tahun.

Saat ini ramen instan telah terjual di lebih dari 80 negara dan orang asing mengonsumsi 17 miliar bungkus ramen instan per tahun. Penemu ramen instan, Momofuku Ando, pun telah membawanya ke tempat lahirnya ramen: China. Pada 1994, dikatakan bahwa penjualan ramen instan di China telah mencapai angka dua milyar unit per tahun, tapi beberapa peneliti mengatakan angka sebenarnya jauh dari itu—lima sampai enam milyar unit, hampir mencapai sepuluh milyar di tahun 1995.


Sebagai bukti kepopuleran ramen, ada tiga museum ramen di Jepang. Pertama, Shin-Yokohama Ramen Museum yang berada di Yokohama. Kedua, Cup-Noodles Museum yang juga berada di Yokohama. Dan ketiga, Momofuku Ando Instan Ramen Museum, museum yang didedikasikan untuk sang penemu ramen instan dan terletak di Osaka.

Selain itu, baru-baru ini muncul sebuah berita dengan headline “Forget tech or medicine, invention most Japanese are proud of is instant ramen” (Lupakan teknologi dan obat, penemuan yang paling dibanggakan oleh orang Jepang adalah ramen instan). Berita yang dilansir oleh situs rocketnews24.com ini berisi tentang suatu survei yang diikuti oleh 500 orang Jepang, yang dibagi secara merata antara pria dan wanita, mereka diberi pertanyaan tentang penemuan apa yang patut orang Jepang banggakan. Mereka diminta untuk mengungkapkan ide-ide mereka sendiri dan tidak diberi daftar pilihan, dan hasilnya peringkat pertama dengan perolehan voting sebesar 57%  orang Jepang menjawab bahwa Jepang harus bangga dengan mie instan penemuan Momofuku Ando.

TEORI
Definisi Budaya Populer
Untuk membahas pengertian “budaya populer” ada baiknya kita pahami dulu tentang kata “budaya”, dan selanjutnya tentang “pop”. Selanjutnya untuk mendefinisikan budaya pop kita perlu mengkombinasikan dua istilah yaitu ”budaya” dan ”populer”. Pertama, budaya dapat digunakan untuk mengacu pada suatu proses umumperkembangan intelektual, spiritual, dan estetis (Williams, 1983: 90). Kedua, budaya berarti “pandangan hidup tertentu dari masyarakat , periode, atau kelompok tertentu. Ketiga, Williams mengatakan bahwa budaya pun bisa merujuk pada ”karya dan praktik-praktik intelektual, terutama aktivitas artistik. Penulis memakai definisi pertama Williams untuk budaya pop.

Sedangkan kata ”pop” diambil dari kata ”populer”. Terhadap istilah ini Williams memberikan empat makna yakni: (1) banyak disukai orang; (2) jenis kerja rendahan; (3) karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang; (4) budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri (Williams, 1983: 237). Kemudian untuk mendefinisikan budaya pop kita perlu mengkombinasikan dua istilah yaitu ”budaya” dan ”populer”.

Definisi Hegemoni
Antonio Gramsci mendefinisikan Hegemoni sebagai cara kelompok dominan dalam masyarakat mendapat dukungan dari kelompok-kelompok sub-ordinasi melalui proses-proses kepemimpinan intelektual dan moral. Sedangkan, Chris Barker mengartikan Hegemoni sebagai proses penciptaan, perawatan, dan reproduksi makna dan praktik yang menguasai kehidupan masyarakat.





ANALISIS
A.    Analisis Ramen Instan Menggunakan Konsep Williams
1.      Disukai Banyak Orang
Mengutip dari bagian awal tulisan ini, bila melihat jumlah masyarakat Jepang yang mengonsumsi ramen instan sekitar 5.02 milyar bungkus di tahun 1993, atau bisa dikatakan satu orang mengonsumsi sebanyak 40.2 bungkus, itu cukup menjadi bukti bahwa ramen instan sangat diminati oleh masyarakat Jepang. Selain itu saat ini ramen instan terjual di lebih dari 80 negara dan orang asing mengonsumsi 17 miliar bungkus ramen per tahun, juga merupakan bukti kuat bahwa tidak hanya orang Jepang saja yang menyukai ramen instan, orang asing pun menyukainya.

2.      Jenis Kerja Rendahan (Mudah Ditemukan)
Karena ramen instan bisa ditemukan tidak hanya di tempat-tempat yang bisa diprediksi seperti supermarket, konbini dan vending machine tapi juga di stadion tempat pertandingan berlangsung (perusahaan termos pun turut mendukung penuh keberadaan ramen instan disana), dalam kotak peralatan antisipasi gempa bumi (sebagai makanan di saat darurat dan karena ramen instan ringan namun tidak mudah rusak), dan di laci meja kerja sarary man (ramen instan adalah makanan penunda lapar favorit para sarary man di saat lembur). Selain itu perusahaan makanan Jepang mulai mengekspor ramen instan pada 1960 dan menyebarkannya ke seluruh dunia pada 1970, hal ini tentu saja semakin memudahkan semua orang untuk memperoleh ramen instan.

3.      Dibuat Untuk Menyenangkan Orang Lain
Selain dapat membuat perut kenyang, ramen instan pun menjadi sahabat bagi para turis yang tidak mau direpotkan dengan urusan memesan makanan dalam bahasa asing dan tidak cocok dengan rasa masakan lokal saat bepergian.

4.      Dibuat Untuk Menyenangkan Diri Sendiri
Sumber : wikipedia.org
 
Bila melihat data dari gambar tersebut laba yang didapat oleh Nissin, sebagai perusahaan pelopor ramen instan, memiliki keuntungan bersih sebesar ¥ 20,756 juta pada tahun 2011. Angka ini merupakan bukti bahwa Nissin pun turut dibuat senang dengan memproduksi ramen instan.

B.     Analisis Ramen Instan Menggunakan Konsep Hegemoni
Bila ramen instan dianalisis menggunakan konsep Hegemoni, Penulis menggunakan Nissin sebagai pihak yang memiliki kekuasaan, dikarenakan Nissin adalah perusahaan yang menciptakan sekaligus menyebarkan ramen instan pertama di Jepang. Lalu, pihak yang dikuasai oleh Nissin adalah konsumen Jepang. Selanjutnya, bidang yang dikuasai oleh Nissin adalah ramen instan. 

Nissin memiliki banyak cara untuk menguasai dan mempertahankan kekuasaannya sebagai pelopor perusahaan ramen instan, diantaranya dengan memperkerjakan pegawai-pegawai untuk dikirim ke seluruh daerah di Jepang dan melakukan penelitian mengenai rasa khas dari setiap daerah tersebut. Di tahun pertama, rasa yang ditawarkan oleh Nissin hanyalah Chicken ramen, lalu di tahun-tahun berikutnya Nissin mulai mengeluarkan rasa Pork Chowder, Beef, Seafood, Vegetable, dan di tahun 1982, mengeluarkan Spicy Chili Tomato sebagai rasa yang mengandung unsur ethnic. Selain dengan membuat inovasi rasa, Nissin juga membuat banyak iklan di TV Jepang. Salah satu iklannya yang terkenal dibintangi oleh aktor Holywood—Arnold  Schwarzenegger—yang berpose heroik dengan senjata berupa teko berisi air panas untuk menyeduh ramen instan. Tujuan dari iklan tersebut untuk menggambarkan kekuatan produk tersebut (ramen instan) dengan otot-otot Arnold.

Namun, bila melihat kondisi saat ini sepertinya posisi Nissin mulai dikalahkan oleh ramen-ramen instan dari negara lain. Karena kemudahan mengakses informasi saat ini dan kemudahan perizinan dalam hal ekspor-impor barang, sudah mulai banyak ramen instan dari negara lain di Jepang. Sebagai contoh adalah mie instan dengan nama Samyang yang berasal dari Korea dan terkenal dengan rasa pedasnya, atau produk mie instan dari Indofood yang mulai memasuki pasar negara asing juga mulai menggeser posisi Nissin di Jepang.



KESIMPULAN
Instan ramen tidak lagi hanya menjadi makanan orang Jepang melainkan sudah menjadi budaya populer di negara-negara lain. Perusahaan makanan Jepang mulai mengekspor ramen instan pada 1960 dan menyebarkannya ke seluruh dunia pada 1970. Dan saat ini ramen instan terjual di lebih dari 80 negara dan orang asing mengonsumsi 17 miliar bungkus ramen per tahun. Salah satu cara Nissin—perusahaan pencipta ramen instan—untuk menguasai dan mempertahankan kekuasaannya dengan memperkerjakan pegawai-pegawai untuk dikirim ke seluruh daerah di Jepang dan melakukan riset mengenai rasa khas dari setiap daerah tersebut. Namun, bila melihat kondisi saat ini sepertinya posisi Nissin mulai dikalahkan oleh ramen-ramen instan dari negara lain. Karena kemudahan mengakses informasi saat ini dan kemudahan perizinan dalam hal ekspor-impor barang, sudah mulai banyak ramen instan dari negara lain di Jepang.


DAFTAR PUSTAKA
Williams, Raymond, (1983) Keyword, London: Fontana.

Schilling Mark, (1997) Encyclopedia of Japanese Pop Culture, Newyork: Weatherkill


http://en.rocketnews24.com/2015/07/07/forget-tech-or-medicine-invention-most-japanese-are-proud-of-is-instant-ramen/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar